Senin, 23 Januari 2017

Meninjau kembali Hutan Mangrove Pandansari Brebes

Hari semakin sore, rintikan hujan menemani perjalanan kami dengan sesekali badan kami bergoyang ke kanan dan ke kiri akibat hancurnya jalanan yang kami lalui. 


Supir yang begitu lihai memainkan setir agar kami tetap merasakan kenyamanan selama diperjalanan. Belum lagi kantuk yang luar biasa sudah menghinggap sedari tadi. Perut pun tak kalah hebatnya berbunyi yang menandakan kalau saya butuh asupan makanan, sementara waktu, chiki lah yang dapat mengganjal rasa lapar agar perut tidak berbunyi.

17.20 PM Tibalah kami di Hutan Mangrove, Pantai Pandansari Brebes terletak di kawasan Pantai Dukuh Pandansari, Desa Kaliwlingi, Kecamatan Brebes, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah. 

Biaya masuk ke Hutan Mangrove Rp. 12.000 itu pun sudah termasuk biaya perahu juga loh ke Hutan Mangrove nya. Jadi kalian bisa juga ajak keluarga, teman, pacar, calon pacar, teman tapi menikah atau siapapun lah itu untuk dapat meninjau kembali Hutan Mangrove yang kini semakin membanggakan karena animo atau minat masyarakat terhadap ekowisata pandansari semakin meningkat.
Wisata Pulau Pasir dan Hutan Mangrove
Ada 2  perahu menuju Hutan Mangrove

Sekilas cerita terdahulu bahwasanya dulu pada tahun 1982 - 1995 merupakan masa jayanya budidaya udang windu sehingga hampir tidak ada mangrove yang tersisa dan semuanya habis dibabat untuk dijadikan tambak udang windu yang menyebabkan tanggul tambak tidak bisa dijaga dengan baik hingga kondisinya mulai rentan. 

Setelah 5 tahun kemudian kondisi lingkungan sudah tidak seimbang lagi yang mengakibatkan terjadinya abrasi. 


Kondisi alam semakin meresahkan warga yang mulai berdampak pada kehidupan masyarakat sehingga Pak Mashadi melakukan terobosan untuk menanam mangrove yang akhirnya membawa Pak Mashadi bertemu dengan Pak Rusjan selaku sesepuh sekaligus mantan kepala desa setempat.

Pendapat Pak Mashadi disambut hangat oleh Pak Rusjan demi menjaga lingkungan dan memperbaiki keadaan agar lebih baik lagi. Lalu mereka sepakat untuk membentuk kelompok Mangari sebagai langkah awal pelestarian lingkungan yang beranggotakan 25 warga.

Berkat kegigihan Pak Mashadi warga pun sadar bahwa dalam menjaga lingkungan sangat penting bagi kelangsungan hidup mereka. Memang tidak semua warga yang setuju dengan usulan Pak Mashadi. 

Justru dengan adanya penghambat seperti penolakan dari beberapa warga membuat Pak Mashadi semakin tak gentar melakukan penanaman dengan warga lainnya yang telah sepakat untuk menanam mangrove. Hinaan yang sering diterima Pak Mashadi pun membuat beliau ingin membuktikan kepada semua warga bahwa yang dilakukannya tidak akan sia-sia tapi justru sebaliknya. 

Kegagalan sudah pasti dirasakan Pak Mashadi akibat sarana dan prasarana yang terbatas namun tak membuat Pak Mashadi menyerah begitu saja. Sampai akhirnya Pak Mashadi terus mencari informasi sebagai bahan referensi dan diaplikasikannya secara otodidak.

Ternyata dalam penanaman mangrove waktu yang ideal adalah sekali dalam setahun pada bulan Oktober sampai Desember. Pak Mashadi dan Kelompok Mangari dapat menanam mangrove sekitar 1 hektar dengan jumlah bibit 1000 batang. Wooowwww kereeennn!!! (Penasaran deh cara menanam mangrove seperti apa?!?)

Menyusuri Hutan Mangrove yang bertujuan ke Lokasi Mangrove Trekking
Tetap hati-hati duduk diujung perahu
Arief, Tracy & Kak Poppy sibuk dengan kegiatanya sendiri
Lakukan hal yang kalian sukai 
Gerimis yang menemani perjalanan kami dengan ombak yang cukup tinggi akibat angin, membuat perahu kami harus mengikuti arus gelombang agar tidak berlawanan dengan ombak.

Guratan orange yang hanya terlihat sedikit sekali tanpa cahaya, langit yang mendung disertai burung yang berterbangan melintasi lautan ditambah lagi air yang berwarna kecoklatan membuat suasana sore itu semakin lengkap. Tapi kami masih tetap terbilang beruntung karena bisa trekking di Hutan Mangrove walaupun langit semakin gelap.

Sesampainya di Dermaga hutan mangrove kami pun berhati-hati untuk turun dari perahu karena kondisi perahu yang terus goyang akibat deburan ombak yang disebabkan oleh angin.

Angin semilir sore membuat perut saya mual. Iya mual.....mual karena kamu #ehsalah Maksud saya mual karena perut kosong terus diajakin jalan jadi deh rasanya gak enak. Macam mau ada yang dikeluarkan tapi gak bisa.

Taken by Bang Surya. Ini beneran candid loh!!
Kak Vika sedang menikmati angin semilir di Dermaga Hutan Mangrove
Penyusuran trekking mangrove ditemani seorang guide yang mempunyai nama unik yaitu Muhammad Gunung Bangkit Surya Samudra, sempat saya pun menambahkan "Hindiaaaaaa hahhaaha..." Timpal saya 

Awalnya saya pikir nama itu hanya guyonan semata. Makanya sayalah orang yang paling keras menertawakan apa yang dikatakan guide tersebut. Ternyata itu nama aslinya guys!!! OOHHHEEMMJJIIIII...Saya pun langsung merasa bersalah dan meminta maaf dengan Mas Bangkit. Tapi disambut dengan candaan lagi oleh mas Bangkit karena sudah terbiasa ditertawakan karena namanya yang terbilang unik itu. Yaahh beruntunglah Mas Bangkit ini tidak tersinggung dengan apa yang telah saya lakukan sebelumnya. Maafkan saya masnyaaaaahhhh... :(

Wohoooo...Travel Blogger menginjakkan kaki di Hutan Mangrove Pandansari Brebes

18.20 PM Sayangnya saat kami kesini kami tidak dapat melihat keindahan Hutan Mangrove di ketinggian karena sudah gelap. Jadi tidak bisa memandang apapun selama kunjungan di Hutan Mangrove.

Karena hari semakin gelap dan penerangan memang tidak tersedia di Hutan Mangrove, Kami hanya bermodalkan senter dari handphone masing-masing. Suara asing terdengar dari semak-semak mangrove, entah itu bunyi dari suara hewan apa tapi pastinya saya pun mengikuti suara hewan tersebut.

"Shhuuuttt Dian kamu jangan ikutin suara itu" Sahut Arief
"Emang kenapa?"  Saya pun tanya balik
"Takutnya itu kamu manggil mereka" Jawab Arief memastikan pertanyaan saya
"Omaygaaatttt...Oke aku diem aja" Tak pikir panjang saya pun langsung diam seribu bahasa

Malam yang terasa dingin, Saya dan Arief masih melanjutkan obrolan yang gak penting perihal ini itu. Hampir saja kami salah belok akibat tidak adanya penunjuk jalan. Memang di Hutan Mangrove ini masih belum ada penunjuk jalan. Katanya sih trekkingnya hanya satu jalur saja, Kalaupun ada jalan lain itupun jalan buntu.

Sampai juga di dermaga hutan mangrove lalu kami melanjutkan perjalanan menuju tempat asal. Angin malam disertai angin semilir membuat saya begidik karena kedinginan, mana lupa gak bawa jaket lagi, Dikirain gak akan sedingin ini.

Sepanjang perjalanan kami disuguhkan pemandangan ikan loncat, banyak sekali ikan loncat dari segala penjuru macam kegirangan kedatangan kami. hihiiiii...Padahal itu memang kebiasaan mereka selalu loncat tiap malam :p

Recomended banget deh makan disini

Akhirnya makanan yang saya nantikan datang juga, Violaaaaaa...Makanannya banyak bangeeetttttt. Sayapun bahagia liat kepiting, ikan yang terus melambai kearah saya, semacam ingin disentuh #halah

Makanan sudah tersaji didepan mata, Saya tak sanggup mendiamkan makanan lezat begitu saja. Kedua tangan yang sudah dibersihkan pun langsung menyentuh kepiting untuk yang pertama kalinya. Pilihan tepat memang harus saya ambil secepat mungkin agar saya tidak penasaran dengan kepiting bakaunya yang bisa dimakan tanpa menggunakan tang. 

Pengalaman pertama saya makan kepiting bakau tanpa alat bantu membuat saya makan kepiting belepotan kemana-mana karena tidak tau cara membelah kepiting agar tidak berantakan. Bang Surya lah yang mengajarkan saya cara makan kepiting yang benar agar bisa makan dagingnya yang banyak. Maklum, pas saya belah kepiting bakau, eehhh malah muncrat ke muka saya dan Bang Surya buahahahahahahha....maafkan saya bang (Lagi lagi bikin kesalahan yang memalukan #sigh)
I LOVE YOU Kepiting Bakau
HABISKAN TEMAN-TEMAN!!!!
Kami kelaparan menantikan makanan sedari tadi
MasyaAllah itu cewe kalo duduk yang bener kek!!! hahaha :p
Pernah ada yang bilang kalau mau bisa makan banyak jangan pernah makan nasi berlebihan agar bisa mencicipi semua makanan. Oke...I got it!!! Saya pun mengikuti sarannya Idfi yang pernah mengatakan hal tersebut dan benar saja saya bisa makan banyak tapi nasi juga banyak saya makan ahhahahaha...Gimana ini semua makanan bisa dengan lahapnya saya makan. 

Kepiting pertama yang saya makan memang gagal dan hanya sedikit dapat isinya dilanjutkan kepiting kedua dengan alasan "Saya mau belajar buka cangkang kepiting sama Bang Surya" Sahut saya kepada semua teman yang saling bersahutan bilang kalau saya berbadan kecil tapi makannya rakus. Setelah itu mata masih berbinar melihat kepiting yang tersisa satu, "duh sayang sekali kalau kepitingnya dianggurin" Pikir saya. Gak lama kemudian ternyata Bang Surya dengan sigapnya mengambil kepiting tanpa merasa berdosa karena saya pun mengincar kepiting itu yang sudah keduluan sama Bang Surya. Semua orang tertawa melihat kelakuan Bang Surya dan beralasan kalau kepitingnya dibagi dua sama saya. Buahahahahahaaa...Alhamdulillah masih rejeki!!! hihiiii...

Abis kenyang langsung foto bareng dengan orang pentingnya Hutan Mangrove #uhuk
Setelah kelar makan malam ada sedikit presentasi yang disampaikan oleh Pak Rusjan, Pak Mashadi dan Mas Bangkit perihal rencana-rencana mereka kedepannya akan seperti apa kedepan nya Hutan mangrove untuk ekowisata agar pengunjung semakin tertarik mengunjungi Hutan Mangrove. Usut punya usut sepertinya akan ada tambahan wisata seperti wisata bandeng terbang yang diadakan pada pukul 05.00 - 07.00. Pagi sekali? Kenapa harus jam segitu? Karena jam segitulah ikan bandeng beroperasi untuk terbang hahahahaa....Saya pun tidak tau pasti alasannya apa, Makanya kalau penasaran dateng dong ke Hutan mangrove biar tau alasannya kenapa.

19.40 Kami sudah merasa lelah dan ingin rebahan, Kelar presentasi mobil melaju dengan ritme sama seperti sebelumnya. Malam yang gelap tanpa adanya penerangan jalan, bermodalkan lampu dari mobil tapi sesekali ban mobil pun terjerembab kedalam lubang. Pak supir pun masih dengan lihainya memainkan setir yang terbiasa dikendalikan secara lihai membuat saya tidak terlalu memusingkan perjalanan malam itu karena mata sudah terkantuk dan ingin tidur.

Yaaappp mari kita menuju Hotel yang paling mewah di Brebes yaitu Grand Dian Hotel. Tau gak? Hotel yang paling kece itu ada nama Dian nya loh, aaahhh sudahlah saya sih yakin banget kalo tuh hotel pasti pemiliknya bernama Dian juga #sotoy hahahahaa...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Yuk ah komen daripada cuma sebarin Spam

Copyright 2012 Dian Juarsa. Diberdayakan oleh Blogger.