Jumat, 17 Maret 2017

Berteduh di Pasar Antik Triwindu Solo


Langit begitu gelap, gumpalan awan berwarna hitam sudah terlihat jelas begitu dramatisnya sore itu menandakan hujan akan turun sebentar lagi. Semilir angin yang membuat dahan pohon berjatuhan membuat andhy menambahkan kecepatan motornya agar kami tidak terkena air hujan, Karena andhy tak membawa jas hujan. Beruntungnya jarak dari Pasar Gede menuju Pasar antik triwindu tidak lah jauh.



               


Belum lama kami memarkirkan motor di tempat parkir. Byuuuuuuurrrrrr hujan sangat deras sekali membuat kami terjebak disalah satu toko yang memiliki gazebo didepannya. Kami terjebak di depan toko itu, Kami tak bisa beranjak kemana-mana. kami harus tetap menunggu hingga hujan reda. 

Saat menunggu hujan reda ada gerobak buah yang menjajakan aneka buah untuk di rujak. Saya pun ingin sekali makan yang segar-segar, apalagi disaat hujan makan rujak yang pedes. Hmmmmmm maknyuuuuusssss...

Saat yang tepat untuk cemal-cemil buah dengan bumbu rujak yang menyegarkan. Tapi ternyata rujak disini berbeda dengan di Jakarta. Rujaknya ditambah es batu loh. Bumbunya pun terasa beda karena tak terlalu pedas melainkan agak manis. Rujaknya pun diserut bukan dipotong, tapi yang namanya suasana hujan butuh kesegaran. Rujak serut pun habis seketika. Tak lama kemudian hujan reda, Begitulah hujan yang terlalu deras diawal pastinya cepat sekali redanya.

Salah satu toko dengan ambience yang begitu jadul

Salah satu toko yang memiliki ambience begitu jadul membuat saya tertarik untuk mengabadikannya dalam sebuah foto. Gemercik air hujan yang semakin reda pun terlihat begitu jelas. Pintu kayu dengan warna cat yang memudar, Tembok yang rusak dipenuhi tambalan semen berwarna abu-abu dengan genteng yang sangat tua terlihat jelas begitu gelapnya warna genteng itu disertai bangku kayu yang terpampang didepan rumah tersebut membuat saya ingat akan kampung halaman yang terdahulu sebelum berubah menjadi modern seperti saat ini.
Tangga menuju lantai 2 Pasar Antik Triwindu







Memang Kota Solo selain menyajikan kebudayaannya yang masih kental juga terdapat beberapa spot yang terlihat masih alami seperti masa terdahulu. Tak ada kata bosan saat mengelilingi Solo dengan tersusun rapinya pedestarian juga pasar yang begitu rapi membuat para pembeli merasa nyaman untuk berlama-lama disana.



Pasar Triwindu bukan seperti kebanyakan pasar karena disini pasar khusus yang menyediakan barang-barang antik dari Keraton Surakarta. Barang antik tersebut berupa Keris Kuno, Topeng, Patung, koin kuno, Lampu Antik dan masih banyak lagi barang kuno lainnya. 

Keberadaan Pasar Triwindu sangat strategis karena berada di tengah kota. Pasar ini buka dari pukul 09.00AM hingga pukul 16.00PM.

Koin Kuno

Entah ini tas tahun berapa

Bagi pecinta barang antik harus lebih teliti saat akan melakukan transaksi karena kalian harus tau apakah barang yang akan dibeli sudah berumur ratusan tahun atau bukan. Jika kalian jeli dalam mencermati barang antik yang ada di Pasar Triwindu, Kalian akan sangat beruntung karena memang ada beberapa barang antik yang juga berumur ratusan tahun. Namun jika tidak teliti dalam memilih barang, mungkin kalian akan mendapatkan barang tiruan yang serupa agar terlihat mirip.

Banyak juga topeng yang bergantungan di Pasar Triwindu


Lorong yang berjajakan barang antik

Tiap memasuki lorong yang berada di Pasar Triwindu sudah berjajar aneka ragam barang antik dengan berbagai macam jenis. Mungkin bagi pecinta barang kuno pasti akan bahagia saat menapakkan kakinya di Pasar Triwindu. Karena sangat beragam barang antik yang ada disini. Saya datang kesini memang tidak untuk berbelanja melainkan ingin melihat barang antik seperti apa saja yang dijajakan oleh Pasar Triwindu. 

Tempat bubuk kopi dan juga gelas terdahulu

Ada nampan, tas dan pajangan
Berbagai barang antik yang dijual di Pasar Triwindu terbuat dari emas, perak, logam, kayu, tembaga, kertas dan kain. Untuk dilantai satu banyak yang jual accesories (Gelang, tusuk konde, kalung, cincin dan anting), Berbagai pajangan ( pajangan dinding, pajangan meja, lemari dan lainnya), Buku tua atau kuno, koleksi kain batik kuno, uang dan koin kuno, Gromofon tua dari Eropa, alat elektronik kuno, lukisan tua, alat dapur kuno, sepatu, tas dan barang-barang etnik di masa lampau. Sedangkan di lantai dua menjual alat-alat otomotif kuno yang sudah tidak dapat ditemukan di pasaran, sepeda kuno hingga furniture kuno seperti kursi, meja, tempat tidur dan lemari. Bagi kalian kolektor barang antik harus lebih teliti dalam memilih barang yah. Tidak menutup kemungkinan kalau keberuntungan bisa berpihak kepada anda sehingga menemukan barang yang benar-benar kuno.




Hujan sudah mulai reda, keliling Pasar Triwindu pun sudah puas kini saatnya berjalan kaki di pedestarian selebar 3 meter tepat didepan Pasar Triwindu. Memang Solo itu selalu mengutamakan pejalan kaki agar lebih nyaman saat melintas bahkan disediakan tempat duduk untuk sekedar santai di pinggir jalan. Ditempat inilah banyak para remaja yang sibuk dengan kameranya masing-masing. Ternyata pedestarian ini selalu dijadikan lokasi shooting mahasiswa untuk mengerjakan tugas kuliahnya atau bahkan memang sekedar iseng saja membuat video diarea sini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Yuk ah komen daripada cuma sebarin Spam

Copyright 2012 Dian Juarsa. Diberdayakan oleh Blogger.