Senin, 18 September 2017

Dua Cewek Backpacker Terjatuh Dari Motor Saat Menuju Pantai Atuh, Nusa Penida


Pernah tidak terbayangkan saat berlibur terkena musibah seperti kecopetan, tabrakan atau terjatuh dari motor? 

Pastinya sama sekali tak terlintas kan pemikiran hal semacam itu. Apalagi semua kejadian yang saya sebutkan adalah hal-hal terburuk saat melakukan perjalanan atau sedang berlibur. 

Berkali-kali saya mengalami perjalanan blusukan ke pelosok. Dari tempat heiittsss sampai ke tempat yang sama sekali belum terjamah oleh wisatawan selalu ada saja pengalaman terburuk yang saya alami. Memang tidak menutup kemungkinan hal yang tidak ada dipikiran kita bisa terjadi dimana saja dan kapan saja.

Tak pernah terbayangkan kesialan akan menimpa saya karena kalau sampai saya selalu memikirkan sesuatu yang belum pernah terjadi, pastinya tidak akan ada tuh perjalanan nekat yang saya lalui selama ini. 

Mungkin saya akan menjadi anak rumahan yang takut akan matahari dan takut dengan dunia luar. Beruntungnya saya bukanlah orang yang seperti itu. Saya termasuk orang yang suka berkenalan dengan orang baru, suka mencoba hal baru dan menguji adrenaline.

Berbagai pengalaman akan selalu saya coba selagi saya yakin sama diri saya sendiri. Saya pun termasuk orang yang berani mencoba sesuatu yang belum pernah saya alami. 

Jalan Utama menuju Pantai Atuh, Muluuss

Nusa Penida adalah salah satu tempat wisata yang tak akan saya lupakan. Keinginan terpendam saya bisa terealisasikan disini. 

Sedari dulu saya ingin sekali backpacker-an dengan menggunakan sepeda motor tapi saya yang bawa motornya dan benar saja, saya bisa mewujudkannya disini. Excited, bahagia dan rasa puas berkecamuk jadi satu. 

Akhirnya apa yang saya impikan terjadi di Pulau cantik nan elok ini. Saya dan Jeje memutuskan untuk keliling Nusa Penida menggunakan motor. Beruntungnya kami dipinjamkan motor oleh pihak penginapan.


KONTUR PERJALANAN MENUJU PANTAI ATUH


Kontur jalan utama menuju Pantai Atuh sangat mulus, sesekali saya harus membunyikan klakson agar kendaraan dari lawan arah tau bahwa ada kendaraan kami didepannya. 

Kelokan demi kelokan kami lalui secara hati-hati. Jalan lurus yang terus memanjang seakan tidak ada ujungnya memiliki kelokan yang sangat tajam. Mending hanya kelokan saja, lebih ekstrimnya lagi saat kelokan tajam saya harus siapkan kedua tangan saya menahan rem agar posisi motor yang saya bawa tidak melaju kencang saat turunan terjal. 

Kelokan menurun terjal itu seringkali membuat para pengendara motor terjatuh akibat terpeleset. padahal di jalan utama tersebut sedang tidak berpasir. Mungkin laju motor terlalu kencang sehingga pengendara tidak dapat menyeimbangkan tubuhnya saat melaju dengan motor yang ia bawa.

Perjalanan masih terasa amat menyenangkan. Kami merasa yakin dengan jalan yang kami lalui tanpa google maps karena memang jalur yang kami lewati hanyalah jalur lurus dengan garis yang tidak terputus itu artinya kami tidak boleh belok sembarangan. 

Tertawa riang, bercanda, teriak kegirangan karena sepanjang perjalanan yang kami lihat hamparan bukit-bukit hijau dengan garis biru yang terlihat dari kejauhan. 

"Aaaarrrggghhhh Jeeee bentar lagi kayanya sampe nih"
"Iyeesss cucuuurr..liat deh cantik banget yaaaa"

Begitulah kami selalu heboh dimanapun berada. kami berdua memiliki kesamaan yaitu menyukai rintangan dan tantangan yang ada didepan mata. 

kami tak pernah merisaukan apa yang akan terjadi nanti. Di pikiran kami hanyalah pantai cantik yang harus dikunjungi sembari menikmati angin segar di pesisir pantai.

Sepanjang perjalanan beberapa kali kami menemukan pertigaan namun selalu ada pertunjuk arah yang bertuliskan PANTAI ATUH. 

Dengan rasa yakin kami lewati jalan sesuai penunjuk arah. Sampai akhirnya kami lupa kalau bensin harus segera diisi karena tersisa satu bar lagi. Saya takut lupa, nanti malah mogok dijalan lagi. 

Makanya saat kami melihat ada motor yang terparkir dengan pengendara bule. Kami pun berhenti disana untuk mengisi bahan bakar sejenak.

"Ibu isi penuh berapa?"
"20.000 satu botol mba"
"Bisa setengah botol gak ya? karena motor saya masih ada sisa bensin bu. Kayanya kebanyakan deh kalau satu botol"
"Wah gak bisa mba"

Akhirnya saya pun pasrah dengan jawaban ibu penjual bensin. Sambil mengisi bahan bakar saya sudah memperingati bahwa motor yang kami gunakan masih ada bensinnya jadi harus hati-hati takut kepenuhan. 

Saat mengisi bensin, ibu penjual ini mengajak saya ngobrol menanyakan tujuan kami akan kemana. Tidak lama saya menjawab pertanyaan ibu penjual......Byaaaarrrrrrrrrr!!!!

"Arrghhhh Bu lubeeerrrr"
"Ooohhh gak apa-apa kan bisa di elap mba"
"Bukan gitu bu saya takut aja motornya tar kebakar kalau ada yang buang rokok sembarangan. Soalnya satu motor bagian belakang kena bensin semua atau gak siram air aja bu"
"Gak apa-apa ini saya elap motornya"

Ibu penjual bensin dengan santainya terus menggosok motor kami dengan lap basah agar bensin yang sudah luber diarea seluruh belakang tidak terlalu bau bensin. 

Sebenarnya bukan masalah bau bensinnya tapi saya agak parno aja karena bensin luber membasahi seluruh bagian belakang motor. 

Saya takut motor terbakar, bukanya apa-apa resikonya bukan motor rusak aja melainkan nyawa kami. Karena saya pernah melihat motor orang terbakar dibagian knalpotnya dan itu benar-benar sampai hangus belakangnya. Saya tidak mau kejadian itu menimpa kami. 

Akhirnya drama per-bensinan kelaarrr sudah. Ibu ini tidak meminta maaf tapi masih saja terus tersenyum dengan kami yang sudah mulai panik. Hahahhaa...

Agak sempat bete sih tapi ya ngapain juga bete. tar yang ada liburannya jadi gak asik. Toh ibu penjual bensin sudah berusaha sebaik mungkin kan.

Baru juga lima puluh meter perjalanan kami telah dihadapkan dengan pertigaan. Arah kami belok kiri untuk menuju Pantai Atuh. 

Kontur jalan masih terbilang lumayan walaupun masih ada beberapa spot jalan yang berlubang besar. Beberapa kali saya harus memainkan gas dan rem agar dapat menyeimbangkan tubuh saya saat berkendara. 

Tak jauh dari jalan itu kami masih dihadapi dengan kontur jalan yang berpasir. Perjalanan kami masih bisa terbilang agak mulus dengan guncangan yang semakin keras karena banyak bebatuan lepas yang bertumpuk diarea jalan.

Kepalan tangan saya semakin kencang memegang stang motor agar tidak terlepas karena guncangan tapi lucunya kami masih bisa tertawa karena menertawakan diri kami sendiri 

"Gini amat ya perjalanan kita je hahaa (ketawa nyesek)"
"Sabar cucuuurr anggap aja kita lagi naik kora-kora hahaa"
"Jeee kok itu bule pada parkir dipingir sawah sih"
"Apa kita parkir disini aja yah"
"GUBRAAAAAKKKKKKK!!!!!"




Belum juga Jeje melanjutkan perkataannya kami berdua terjatuh diturunan terjal yang berpasir dan berbatu. 

Saya tidak bisa mengendalikan gas yang telah saya rem di bagian depan dan belakang. Motor yang kami gunakan melaju kencang seakan tak terkendali. Ban depan motor kami terperosok digundukan pasir putih yang sangat tebal mengakibatkan ban selip karena licin. 

Bule berbikini yang parkir motor dipinggir sawah berlari menuju arah kami memberikan satu botol air putih agar kami dapat membersihkan luka akibat terjatuh. Kami sempat menanyakan alasan dia mengapa parkir motor disana dipinggir sawah. Ternyata mereka sudah memiliki pemikiran kalau sampai perjalanan dilanjutkan akan sangat berbahaya. Tapi kami sama sekali tidak memikirkan hal itu dan masih saja melanjutkan perjalanan. Maklum logika cewek dan cowok itu berbeda dalam berkendaraan. Cewe lebih memakai perasaan sedangkan cowok lebih memakai logika #ngeles

Yaaahhh sudahlah..Memang musibah datang secara tiba-tiba. Anggap saja ini pun satu pelajaran bagi kami. Jika merasa ragu untuk melanjutkan perjalanan ada baiknya jangan diteruskan karena akan merugikan diri sendiri.

Kaca spion bagian kanan motor hancur lebur bagian kacanya. Anehnya lagi biasanya kalau saya terjatuh dari motor, saya orang yang paling gak kuat mengangkat motor agar bisa berdiri kembali. entah kekuatan dari mana, saya sanggup mengangkat motor dan membelokkan motor dengan sekali gas untuk di parkir dipinggir sawah.
Berpasir dan Licin

Sudah kedua kalinya Jeje terjatuh dari motor dengan saya. Pertama saat perjalanan di Sukabumi, memang tidak luka tapi motor kami hampir masuk jurang dan Kedua di Nusa Penida, kaki kanan kami terluka dan kaca spion hancur dengan kondisi motor lecet dibagian pijakan bawah. Bersyukurnya kami masih bisa berjalan kaki.

Motor sudah terparkir di pinggir sawah. Luka pun juga sudah dibersihkan dengan air. Tapi rasa cenat cenut tak dapat dihilangkan. Kami berjalan kaki untuk mencapai Pantai Atuh sekitar 1 km dengan perjalanan turunan terjal yang berpasir membuat sendal kami terasa licin dan harus berhati-hati saat mengambil pijakkan. Setelah turunan yang terjal akhirya kami menemukan jalan yang landai. Beberapa kali kami berpapasan dengan bule yang juga berjalan kaki. Ternyata mereka juga sama kaya kami, parkir motor dipinggir sawah dan tidak memaksakan untuk motor turun ke parkiran yang berada di tiket masuk.
Jalan setapak yang bisa dilalui pejalan kaki
Pantai Atuh dari ketinggian
Menikmati keindahan Pantai Atuh dari ketinggian
Keindahannya yang begitu mempesona

Saat dijalan landai kami melihat beberapa orang lokal yang berjaga, ternyata penjaga Pantai Atuh dengan biaya retribusi Rp. 5.000/orang. Anak muda yang berjaga sempat menanyakan kondisi kaki kami yang terluka bahkan mereka menawarkan kami untuk ke parkir motor dengan motor mereka tapi kami menolaknya sedari awal karena untuk tanjakan berpasir pun terlihat sangat berbahaya jika boncengan. Makanya kami lebih memilih untuk berjalan kaki saja.

Kami masih melanjutkan perjalanan menuju Pantai Atuh yang ternyata masih lumayan jauh dari penjaga tiket itu. Awal perjalanan kami memang jalan menuju Pantai Atuh sudah bersemen dan rapi namun masih sebagian saja sudah dirapikan. Saat dipertigaan kami harus memilih untuk belok ke kanan dan menanjak atau belok ke kiri dan menurun. Akhirnya kami memilih untuk turun terlebih dahulu karena disana ada warung dan rencana kami akan membeli obat merah disana.

Saat menurun pun keadaan sangat licin karena memang sandal yang digunakan tidak dapat menahan pasir yang sedikit berbatu. Sesampainya di warung yang terdapat 2 hammock. Kami sejenak bersantai disana untuk melihat kondisi pantai atuh dari atas. Ternyata air pantai sangat surut sekali. Kalaupun kami paksakan untuk turun kebawah sepertinya akan sia-sia saja ditambah lagi kondisi luka kami yang membuat perjalanan kami agak kurang bergairah karena menahan cenutan dari luka yang darahnya masih terus mengalir.

"Dek sini lukanya ibu bersihin yah"
"Ibu jual obat merah disini?"
"Iya jual, udah sini pake obat ibu dulu aja"
"Oke bu, pake alkohol dulu apa obat merah dulu"
"Bersihin pake alkohol aja yah, sini ibu siram lukanya"
"Gaaaakkkk!!! Gak mau bu makasih, biar saya obatin sendiri aja"

Ibu warung super tega!! masa luka kami mau disiram pake alkohol. yasalaaammm kebayang gak sih perihnya gimana. Kami pun teriak histeris waktu ibu itu bilang mau siram pake alkohol. Sepertinya ibu warung gregetan melihat luka yang kami sayang-sayang biar gak kena apapun. Hahahaa..

Memang ternyata setiap pengunjung yang tiba di Pantai Atuh selalu ada saja yang abis kecelakaan terjatuh dari motor. Makanya ibu warung ini berjualan alkohol Rp. 19.000, obat merah dan kapas karena saking seringnya pengunjung yang berdatangan terluka saat menuju Pantai Atuh.
Pasir Putih Pantai Atuh

Hammocking

Setelah luka kami telah diobati, kami hanya memandang Pantai Atuh dari ketinggian saja karena memang rencana kami kan mau main air kesana tapi kecewa lihat kondisi pantai yang sangat surut dan tak ada ombak yang berderu dipesisir pantai. kami menikmati sore hari yang berangin kencang dengan ayunan hammock yang terus bergerak kekanan dn kekiri mengikuti arah angin yang terus bersemilir dari satu arah. Tak hanya kami saja yang tidak melanjutkan perjalanan untuk turun kebawah. Wisatawan luar pun yang hendak menuju Pantai Atuh terlihat kecewa juga dan tidak melanjutkan perjalanan untuk turun kebawah. 

Kami berdua pun hanya mengobrol saja dengan ibu warung yang sangat berbaik hati ini. Saking baiknya mau siram luka kami dengan alkohol agar kaki kami tidak bengkak saat malam hari. Karena ibu warung pun juga sering mengalami hal yang sama seperti kami. menurut ibu warung terjatuh dari motor untuk menuju Pantai Atuh adalah hal yang sangat biasa. tapi setelah itu akan terbiasa dengan medan perjalanan yang sangat hancur.


Pemandangan tepat di depan Rumah joglo
Setelah lama beristirahat di depan warung sembari hammock-an. Kami melanjutkan perjalanan untuk menuju Rumah Joglo. Tapi menurut bli yang juga ikut nongkrong bareng kami di warung. Kami harus berkunjung ke Rumah Pohon. Kami pikir Rumah Joglo yang masih searah dengan Pantai atuh itu juga termasuk dari Rumah Pohon. Ternyata pikiran saya salah, bukanlah disana letaknya Rumah Pohon. Kami berdua kebingungan karena memang tidak pernah tau letaknya Rumah Pohon dimana. Pakai Google Maps pun tak guna karena memang tidak ada sinyal untuk menuju Pantai Atuh ini. Kami pun bisa sampai ke Pantai Atuh karena mengikuti penunjuk arah jalan saja. Sepanjang jalan pun kami tidak bertanya dengan penduduk disana. Walaupun saya sempat bingun saat ada pertigaan penunjuk jalan mengarahkan kami ke Pantai Atuh untuk belok kiri dan belok kanan. Entah harus pilih apa, akhirnya kami berdua memilih untuk belok kiri saja agar mencapai Pantai Atuh.
Rumah Joglo dari kejauhan

Akhirnya kami meneruskan perjalanan kami menuju Rumah Joglo yang letaknya lebih tinggi lagi dari warung yang kami kunjungi. Disana ada satu Joglo yang disewakan untuk penginapan. Kebanyakan yang menginap di Rumah Joglo itu wisatawan luar. Karena memang penginapan ini sangat private karena tidak ada penginapan lainnya disana. Sempat kami pun berpikir, Apa gak takut yah diatas tebing sendirian aja tanpa ada pengunjung lainnya. Mungkin bagi mereka yang memang menyukai ketenangan. Rumah Joglo ini lah penginapan yang tepat bagi kalian yang merindukan suasana alam yang begitu tenang, hanya ada suara ombak dan angin saja yang menemani tidur kalian di malam hari. 


Rumah Joglo di Pantai Atuh

Mencapai diketinggian tebing terlihat pesisir pantai berpasir putih. Ada beberapa pesisir pantai yang dapat dilalui oleh pengunjung. Namun ada pula pesisir pantai yang tak dapat dikunjungi oleh pengunjung. Pasir tersebut sangat bersih, Deburan ombak membuat kecantikan Pantai Atuh terlihat begitu sempurna. 

Banyak kenangan yang tertinggal disini. Bukanlah kenangan manis tapi kenangan yang membawa luka. Iya luka tapi bukan luka dihati melainkan luka dilutut. Penuh perjuangan untuk mencapai Pantai Atuh. Banyak rintangan yang harus kami lewati. memang tempat yang indah perlu dilalui dengan segala rintangan. Dari motor kesiram bensin, jalan berbatu dan berpasir menjadi teman kami dan terakhir berjalan kaki sejauh 1 km dengan kondisi kaki yang masih mengeluarkan darah segar karena pertolongan utama kami hanyalah air bersih yang diberikan bule saat diperjalanan. Memang kenangan seperti ini tidak akan mudah terlupakan. Luka yang membawa bekas akan mengembalikan memori yang telah lama hilang. Nusa Penida akan selalu teringat dalam pikiran saya bahwa diperlukan rintangan untuk mencapai suatu keindahan sama halnya seperti perlu pengorbanan bagi orang yang kamu sayangi #aheeeyyy

Sampai jumpa Pantai Atuh, kamu telah mengajarkan kami arti dari keikhlasan dan kesabaran dalam melalui rintangan yang ada di depan mata. Semoga tahun depan saya bisa berjumpa lagi dengan Pantai Atuh



Cheers,

Dian Juarsa
18 Sep 2017

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Yuk ah komen daripada cuma sebarin Spam

Copyright 2012 Dian Juarsa. Diberdayakan oleh Blogger.