Minggu, 25 November 2018

Keliling Solo Dua Hari, Menginap semalam di The Nyaman Hotel


Apa yang menarik di solo? Pernahkah kamu berwisata sembari mempelajari hal-hal yang belum pernah kamu lakukan selama berlibur? Atau mungkin berlibur sembari mendengarkan sejarah dahulu kala. Mungkin kalau yang terakhir sudah sering kamu lakukan yah.


Kedatangan kami di Bandara Adi Soemarmo dapat sambutan hangat dari staff The Nyaman Hotel dengan mengalungkan bunga melati. Bahkan mobil yang menjemput kami pun terasa begitu nyaman dengan deretan bangku yang tidak berdempetan dengan kaca jendela yang besar sehingga kami puas dapat melihat pemandangan Solo dari dalam mobil.


Minggu, 18 Nov 2018

Siang yang terik kami diajak makan di Rocketz Cafe di The Nyaman Hotel Solo yang terletak di Jl Fajar Indah 1 No. 70. Nuansa orange yang bertuliskan The Nyaman sudah terpampang jelas di bagian depan hotel.

Makanan utama yang disajikan adalah Sup Matahari yang dimana makanan ini memang paling disukai oleh para pengunjung. Konon katanya, Warga Solo itu selalu menyajikan Sup Matahari untuk pernikahan. Tapi buat kamu yang mau mencobanya tidak perlu menunggu di undang pernikahan oleh warga Solo. Pesan saja sup matahari dari Rocketz Cafe.Hehehee..

Sup Matahari

Setelah makan siang, kami diajak jalan kembali ke salah satu museum private yang dimana buat kamu yang ingin mengunjungi museum ini diwajibkan membuat reservasi terlebih dahulu.

Tumurun Private Museum

Ada museum yang hits di Solo dengan koleksi pribadinya milik Pak Iwan Kurniawan Lukminto, seorang Wakil Direktur dari perusahaan tekstil terbesar di Asia Tenggara, PT Sri Rejeki Tekstil (Sritex).

Tumurun Private Museum berada di Kota Surakarta (Solo), Jawa Tengah ini cukup sulit untuk ditemukan karena bentuk bangunannya yang bernuansa putih dengan pagarnya yang tinggi, bahkan tidak ada plang atau penanda apapun.



Memang Tumurun Private Museum tidak bisa sembarangan orang yang dapat datang kesana. Sebelum berkunjung diwajibkan untuk membuat reservasi terlebih dahulu dengan kunjungan minimal sepuluh orang dan maksimal untuk tiga puluh orang. Kecuali untuk pemesanan sebanyak tiga puluh orang pun hanya untuk instansi tertentu.

Langit-langit bangunan yang tinggi dengan desain interior yang memang di khususkan untuk memamerkan karya seni dengan banyaknya lukisan yang dapat dinikmati oleh pengunjung.



Ketiga mobil antik ini milik pribadi turun temurun dari Pak Iwan Kurniawan Lukminto yang dimana ketiga mobil ini umurnya sudah puluhan tahun. Mobil Sritex yang berwarna hitam di gambar paling atas dari tahun 1932, Mobil di sisi kiri keluaran tahun 1948 dan Mobil Mercedes dari tahun 1972.

Tumun Private Museum ini berasal dari kata kepanjangan yaitu Turun Temurun. Jadi di museum ini ada barang antik turun tumurun yang pernah digunakan oleh bapaknya di jaman dulu.

Karya seni nya yang dapat dinikmati sebenarnya hanya dilantai satu. Tapi berhubung Pak Wawan sedang berada di Museum, Jadilah kami bisa berkunjung ke lantai atas yang terdapat beberapa karya old master dari Indonesia yaitu seperti karya maestro ekspresionisme Affandi.

Nah kalau di lantai satu terdapat karya patung "Floating Eyes" Wedhar Riyadi yang merupakan karya ikonik dari pagelaran art jog 10 pada tahun 2017. Patung ini memiliki makna pada setiap mata yang artinya banyak orang yang dapat melihat aktivitas kita dari setiap postingan yang di share sedangkan pada bagian kaki merupakan follower atau pengikut kita. begitulah jelas Pak Wawan saat kami asik menikmati karya patung tersebut.

Setelah puas berkeliling museum, kami pun masih melanjutkan perjalanan untuk melakukan hal yang belum pernah saya lakukan sebelumnya.

KAMPUNG BATIK LAWEYAN

Ada yang menarik dari perjalanan saya bersama The Nyaman Hotel yaitu kami diwajibkan untuk belajar membatik. Ternyata membuat batik itu tidak mudah kawan-kawan.

Kamu udah pernah belum mencoba membuat batik? Kalau belum pernah, Nah saatnya kamu wajib mencoba membuat batik. Agar kamu saat beli batik jangan kebanyakan nawar. hahahaha....

Saat tiba di Kampung Batik Laweyan kami harus melewati gang kecil yang mana kondisinya vintage sekali. Banyak pintu yang terbentuk dari jaman dahulu kala dan masih dipertahankan hingga kini. Bentuk pintunya pun ada dua lorong yang besar dan kecil.



Ada pula beberapa mural yang terdapat di jalan lorong kecil itu. Jalan kecilnya pun begitu rapi dan bersih. Tak ada sampah yang berseliweran di tiap sisi jalan. Belum lagi ada banyak beragam kreativitas warga yang terpampang disana.

Sekarang saatnya mencoba membatik dengan kesabaran tinggi agar hasilnya memuaskan.

Kain mori berwarna putih yang telah terbentuk pola yang terbuat dari pensil telah tersedia. Kami hanya perlu mewarnai ditiap guratan pola lalu dipenuhi dengan beragam warna kesukaan.



Canting telah saya pegang ternyata saya salah, memegang canting harus agak dinaikkan ke atas agar tinta nya tidak berjatuhan ke atas kain sehingga membuat kain jadi belepotan penuh tinta. Yah itulah yang terjadi dengan saya dan miss nidy. Kami berdua memang sangat payah dalam hal mengguratkan tiap tinta ke bagian pola.


Setelah membuat pola dengan canting telah selesai saatnya dipenuhi dengan beragam warna. Ada warna merah, kuning, hijau, biru dan hitam. Bebas mau pilih yang mana saja agar terlihat cantik.

Bahkan dalam hal mewarnai pun saya juga termasuk payah. Karena ada banyak warna yang akhirnya tercampur karena tidak tertutup oleh tinta yang kami buat dengan canting. Yah sudahlah memang saya bukan ahlinya membuat batik. hahahaha...


BUNKER DI KAMPUNG LAWEYAN

Ternyata di Kampung Batik Laweyan masih ada yang mempunyai bunker dengan kedalaman hingga 3 meter. Dari tempat kami membatik masih harus menyusuri gang kecil untuk menuju ke salah satu rumah yang memiliki pintu berwarna merah.

Rumah tersebut milik Pak Harun Muryadi yang berumur 66 tahun dengan fisiknya yang masih gagah dan bersemangat. Senyumnya yang terus menghiasi wajahnya begitu sumringah saat kami semua datang untuk berkunjung ke rumahnya.

Dinding rumah yang terlihat begitu lusuh dengan beberapa jendela yang dibiarkan terbuka tanpa ada sekat apapun sehingga udara dan sinar matahari dapat masuk dengan leluasa. Ruang tengahnya yang hanya terdapat kursi dari besi tuanya.


Untuk bunkernya pun tertutup rapat yang dibagian atasnya di tutupi oleh meja bundar berkaki kan pendek sehingga meja bundar tersebut terlihat seperti gazebo didalam rumah. Ternyata Bunker Laweyan yang dibuat oleh Bei Kertayuda, Seorang Punggawa Keraton Pajang pada tahun 1537.

Pak Harun Muryadi merupakan Keturunan yang ke sembilan dari Bei Kertayuda. Bunker ini dibuat bukan untuk perlindungan diri seperti yang kami ketahui sebelumnya. Akan tetapi untuk menyimpan harta kekayaan mengingat situasi keamanan pada waktu itu tidak baik.


Tak hanya itu saja, Untuk pintu bagian depan pun masih dibiarkan asli seperti dahulu kala. Karena pintu bagian besar dimana Pak Muryadi sedang tersenyum itu adalah tempat masuknya pemilik rumah. Sedangkan pintu bagian kecil untuk para pekerja dirumah itu.

Setelah puas seharian jalan, Akhirnya kami makan di angkringan yang berupa restaurant. Kalau di Solo jarang ada angkringan di pinggir jalan. Kebanyakan angkringannya sudah jauh lebih modern dengan pilihan makanan yang beragam.

Kebon Koelon


***

Akhirnya langit pun semakin gelap dan perjalanan kami sudah selesai untuk di hari pertama. Macet di Solo pun membuat perjalanan kami agak terhambat. Ternyata Solo juga ada macetnya loh.


THE NYAMAN HOTEL

Pukul 21.09 PM Kami tiba di The Nyaman Hotel yang bernuansa orange dengan desain interior yang lebih dinamis dengan adanya mural di bagian depan receptionist, juga tersedia sofa panjang. Sehingga membuat tamu terasa lebih nyaman saat menunggu di lobby.


The Nyaman Hotel berawal mula buka di Bali pada awal tahun 2018. Atas sambutan hangat dari pelanggan, kini The Nyaman Hotel juga ada di Tebet, Jakarta dan Solo. Hotel ini mengedepankan pelayanan sehingga unggul sebagai hotel yang simple dan nyaman dengan beragam fasilitas.

Rintik hujan malam membuat suasana begitu hening dan terasa nyaman saat berada di dalam kamar, jauh dari bising kendaraan. Setelah seharian capek dijalan dengan badan yang penuh keringat membuat hawa terasa begitu segar jika mandi dengan air hangat.

The Nyaman Hotel yang memiliki rain shower yang dilengkapi dengan hand shower juga memiliki water heater yang tak perlu menunggu terlalu lama untuk merasakan hangatnya rintikan air di shower room.

Toiletries berupa sabun, shampoo, toothpaste dan juga shower cap sudah tersedia dengan disediakan dua handuk besar, dua handuk kecil dan satu handuk untuk alas kaki di depan shower room. Lengkap dengan washtafel sehingga kamu bisa menggosok gigi sambil berkaca.


Tak hanya itu saja, The Nyaman Hotel juga menyediakan Ketel Elektrik, dua buah air mineral, Al-quran kecil dan safety box. Nah untuk mini refrigerator tidak semua kamar memiliki nya. 

Kamar di The Nyaman Hotel memiliki 35 kamar dengan beberapa tipe seperti 27 kamar superior, 4 kamar moderate, 2 kamar deluxe dan 2 kamar family.

Bagi kamu yang mau memesan family room harap membuat reservasi terlebih dahulu karena kamarnya sangat terbatas. Bedanya dengan kamar lainnya memiliki connecting room. Jadi saat menginap di The Nyaman Hotel Solo dengan jumlah pengunjung hingga 8 orang atau 6 orang bisa memesan kamar yang memiliki connecting room nya.

Nah bedanya lagi dengan Deluxe Room hanya dibagian TV nya saja. Pada bagian tengah furniture sisi depan dan belakang terdapat TV dan kaca. Sehingga saat mau menonton TV dapat di putar ke arah kasur atau ke arah sofa.

Ketel Elektrik terdapat di tiap kamar

Mini Refrigerator tidak ada di Superior Room

Queen Bed of Family Room
Deluxe Room with connecting room

The Nyaman Hotel memiliki koridor yang begitu unik dengan beragam mural 3D dan juga beberapa lukisan batik yang menghiasi langit atap dengan sentuhan warna mustard yang dilengkapi dengan pajangan.

Beberapa sofa ditiap koridor di perbolehkan sebagai tempat merokok sedangkan di bagian dalam kamar dilarang merokok. Semua ruangan yang ada di The Nyaman Hotel tidak ada smoking room. 

Bagi kamu yang ingin menginap di The Nyaman Hotel kini sudah dapat di pesan lewat online travel agent seperti Traveloka, Pegi-Pegi, Tiket.com dan Booking.com serta website official www.thenyaman.com.

Mural 3D di koridor

Background area cafe dan koridor lantai dua

SENIN, 19 NOV 2018

Selamat pagi Solo....Akhirnya saya bisa merasakan hari bebas di hari senin. Sepagi ini tepat pada pukul 05.30 AM langit sudah begitu cerah. Sempat kaget, apakah saya yang bangunnya kesiangan atau memang langit di Solo jam segitu memang sudah terang.

Saya merasakan udara pagi yang segar dengan bersepeda ke persawahan Klodran. Pagi yang cerah dengan beberapa kendaraan sudah melintas di area perumahan. Memang penginapan kami The Nyaman Hotel dekat dengan area perumahan sehingga suasana nya pun tenang dan tidak ramai.

Kami melintas secara berombongan untuk menuju ke persawahan. Disana  kami dapat melihat aktivitas warga di pagi hari. Uniknya lagi kami melihat bebek-bebek dilepas dari kandangnya untuk mencari makan di persawahan.

Semua bebek jalannya melingkar mengikuti poros dengan berjajar rapi untuk menuju ke tengah persawahan. Kita kalah yah sama bebek yang bisa jalan teratur mengantri membuat barisan sehingga sang pemilik pun merasa mudah untuk membawa dan menjaga mereka semua tanpa terlihat kesulitan sedikitpun. 


Sepeda dari The Nyaman Hotel

Persawahan Klodran

Setelah kurang lebih sejam kami bersepeda, kami pun melewati rumahnya Pak Jokowi loh. Ternyata rumah Pak Jokowi tidak jauh dari penginapan kami. Apalagi jalan pagi di Solo itu begitu nyaman tanpa perlu takut adanya kendaraan yang ngebut disana.

Sesampainya di penginapan, kami bergegas untuk mandi dan siap-siap karena kami harus sarapan pagi setelah itu kami pun harus jalan kembali mengeliling keunikan Solo yang harus dikunjungi dengan rasa suka cita. Wohoooo!!!

Sebelum ke Rocketz Cafe, kami ditawarin jamu beras kencur dan kunyit asam. Saya mencoba kedua jamu itu, untuk rasanya saya lebih suka beras kencur karena masih ada manisnya. Sedangkan rasanya kunyit asam agak anta (gak ada rasa) dan agak sepet kepahitan sehingga saya tidak menghabiskan jamu itu.

Akhirnya sarapan kami pun telah tersusun rapi di meja. Pilihan makanannya pun ada sup matahari, kwek kwek dan steak. Dari ketiga makanan tersebut saya lebih memilih sup matahari dengan rasanya yang gurih dimana bagian dalamnya terdapat jamur, irisan wortel, bakso dan telur.

Sup matahari ini kalau di Solo selalu tersedia di acara pernikahan. Jadi memang sup ini khusus untuk warga Solo yang ingin menikah, selalu ada menu yang satu ini. 





MUSEUM ATSIRI

Sarapan sudah selesai, kini saatnya kami masih melanjutkan perjalanan menuju Museum Atsiri yang terletak di Jl Watusambang, Plumbon, Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar memakan waktu hampir dua jam dari Solo.

Kami yang sudah di dalam mobil telah duduk manis sambil memejamkan mata karena sudah mengantuk. Sesampainya di Museum Atsiri, Kami diajak berkeliling melihat tumbuhan yang seringkali dibuat untuk essential oil atau fragrance.



Museum Atsiri ini memiliki kelebihan sebagai wahana edukasi bagi kami yang tidak mengetahui proses pembuatan essential oil sehingga kami pun tau apa alasannya harga essential oil yang hanya 10ml saja begitu mahal di pasaran.

Ternyata tanah seluas 2 hektar ini memiliki banyak tumbuhan seperti rosemary, chamomile, lavender, laos, adas dan masih banyak jenis tumbuhan lain yang jarang di temukan di area rumah. Memang dibutuhkan perawatan ekstra agar tumbuhan tersebut dapat diolah kembali menjadi essential oil yang memiliki aroma untuk rileksasi.


Banyak keunikan yang kami jumpai selama disana seperti ada batang pohon yang sangat empuk saat kami pegang. Karena biasanya kayu begitu keras jika di tekan, kami pun memakan dedaunan yang memiliki rasa hangat karena memang tumbuhan tersebut memiliki rasa mint dan seringkali digunakan sebagai campuran essential oil.

Tak hanya berkeliling melihat tumbuhan saja. Kami pun diajarkan membuat minyak pijit sendiri dengan bahan yang telah di sediakan seperti kaca pelindung, rubber gloves, daun mint, minyak olive, pipet, essential oil lemon, lemongrass dan peppermint.


Saat mencoba membuat minyak pijit sendiri, awal langkahnya yaitu memasukkan minya olive dengan menggunakan pipet, jangan terlalu penuh. Lalu campur satu tetes lemon, satu tetes lemongrass dan satu tetes peppermint. Setelah semuanya dicampurkan, kocok terlebih dahulu. Setelah itu campur kembali dengan aroma yang diinginkan. Kalau saya ingin menambahkan aroma lemon pada minyak pijit sehingga saya tambahkan 10 tetes essential oil lemon.

Kamu tahu? Untuk menghasilkan 10ml essential oil dibutuhkan waktu hingga 8 jam untuk merebus bunga yang telah di panen pada sore hari atau yang disebut dengan proses distilasi atau penyulingan.

Dalam panen bunga pun ada waktu yang disesuaikan seperti saat panen rosemary atau mawar yang harus di petik pada pagi hari pukul 04.00 AM sedangkan Lavender bisa di petik pada sore hari. Namun sayangnya lavender yang tumbuh di Indonesia, kualitasnya kurang baik sehingga untuk pembuatan essential oil, sangat dibutuhkan pengiriman lavender dari Belanda. 

Akhirnya saya pun tau mengapa harga essential oil begitu mahal. Namun tetap dicari oleh pembeli setianya untuk memberikan wangi yang memberikan rileksasi terhadap ruang sekitar.

NDORO DONKER

Abis kepanasan mengelilingi Museum Atsiri, Kami diajak santai sejenak di Ndoro Donker dengan nuansa yang begitu asri dan sejuk dengan pemandangan perkebunan teh. Langit begitu gelap, air teh hangat sudah tersedia di atas meja dengan makanan kecil yang sudah tersedia pula diatas meja.

Ndoro Donker yang terletak di Jl Karangpandan - Ngargoyoso, Kemuning. Tak heran udara begitu terasa sejuk ditemani angin semilir yang membelai lembut wajah dengan kesegaran udaranya.



Rumah ini ternyata peninggalan dari Kepala Teh Kemuning milik perkebunan Belanda yang berdiri sejak tahun 1700-an. Dulunya rumah ini pernah dijadikan sebagai rumah kepala kebun teh milik PT Rumpun Sari. Hingga akhirnya rumah kepala kebun ini dijadikan sebagai Rumah Teh Ndoro Donker pada tahun 2011 karena sudah lama tidak dihuni.

Nama Ndoro Donker memiliki arti yaitu Ndoro berasal dari kata Tuan sedangkan Donker adalah seorang Belanda yang menetap di Kemuning. Beliau merupakan seorang ahli tanaman yang memilih hidup di desa dan mengembangkan perkebunannya ketimbang kembali ke negara asal. 

Unik yah, bisa minum teh dengan menikmati area perkebunan teh di depan mata sembari mendengarkan kisah asal muasalnya ada Ndoro Donker. Tak lama kami menikmati sejuknya area perkebunan. Kami masih harus melanjutkan perjalanan menuju Candi Cetho karena takut semakin sore malah turun hujan.

CANDI CETHO

Tepat di kaki Gunung Lawu kami sudah tiba untuk naik ke atas Candi Cetho. Tapi sebelum naik keatas, kami diharuskan menggunakan kain poleng yang telah tersedia. Karena Candi Cetho juga merupakan salah satu tempat ibadahnya umat Hindu, sehingga pengunjung yang datang harus menghormati tradisi yang ada.

Tiket masuk untuk mancanegara Rp. 25.000 sedangkan untuk warga lokal hanya Rp. 7.000 saja. Perbedaan yang sangat jauh untuk harga tiketnya yah.

Ada beberapa anak tangga yang harus dilewati jika ingin ke Candi Cetho. Diatas sana ada beberapa pengunjung yang juga sedang beribadah. Diharapkan untuk tidak berisik jika kalian berkunjung kesana. Biar bagaimanapun juga Candi Cetho adalah tempat untuk beribadah.




Beberapa spot kami temukan sesajen dan juga dupa yang begitu wangi. Bahkan ada rumah yang terbuat dari kayu diatas, entah untuk apa tapi yang pasti ada gubukan yang didalmnya terdapat patung.

Saat kami akan menuju Candi Cetho ada banyak pendaki yang ingin menanjak ke Gunung Lawu. Ternyata pendakian utama untuk menuju Gunung Lawu dapat bermula dari Candi Cetho.



Tujuan kami ke Candi Cetho untuk melihat sunset. dari ketinggian Candi Cetho kami dapat melihat pemukiman warga dan juga perkebunan teh kemuning yang begitu cantik. Langit berawan yang membuat saya sempat ragu apakah akan ada sunset.

Tapi nyatanya, kami sangat beruntung. Akhirnya kami dapat melihat sunset dari ketinggian Candi Cetho walaupun hanya sekejap saja karena memang cuaca akhir-akhir ini sedang tidak menentu sama kaya perasaan aku saat ini, galau karena waktu libur akan usai. Hiks

Banyak sekali pengalaman baru yang dapat saya rasakan selama dua hari di Solo. Liburan telah usai tapi saya tetap merasakan senang karena akhirnya ada banyak manfaat yang saya dapatkan selama perjalanan saya di Solo.

Semoga perjalanan selanjutnya di Solo bisa lebih berkesan lagi. Tak sia-sia datang ke Solo untuk kedua kalinya, karena memang Solo itu bisa bikin rindu hingga akhirnya ingin datang lagi dan lagi.

Terima kasih The Nyaman Hotel yang sudah menemani perjalanan kami selama di Solo. Terima kasih pula atas sambutan yang begitu hangat dari seluruh staff hotel. Next time, kita bisa berjumpa lagi yes :D

Cheers,


Dian Juarsa
25 Nov 2018



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Yuk ah komen daripada cuma sebarin Spam

Copyright 2012 Dian Juarsa. Diberdayakan oleh Blogger.