Selasa, 17 September 2019

Candi Ijo dapat menikmati keindahan Jogja dari ketinggian


Wisata di Jogja memiliki berbagai macam pilihan. Kalian bisa pilih mau ke pantai, gunung atau berwisata sejarah. 

Ada banyak pilihan menarik saat kalian mengunjungi Jogja. Keinginan saya saat menginjakkan kaki di Jogja pun ingin ke pantai dan mengunjungi candi. Kalau gunung mungkin next time kali yah. Hihihii...

Beberapa pilihan candi yang bisa dikunjungi pun sudah ada di wishlist saya. Bahkan ada candi yang pernah saya kunjungi sebelumnya, tetap saja saya ingin datang kesana kembali.

Seperti sekarang ini, saya memilih Candi Ijo sebagai destinasi wisata yang harus saya kunjungi kembali untuk kedua kalinya.

Candi Ijo berada di ketinggian Kota Jogja
Ketiga Candi Perwara 


LOKASI CANDI IJO

Candi Ijo ini memiliki keunikan tersendiri, Lokasinya berada di lereng bukit padas yang bernama Gunung Ijo dengan ketinggian 427 dpl dan letak Candi Ijo berada pada ketinggian 375 dpl yang berada di Dusun Groyokan, Desa Sambirejo, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Sleman, Yogyakarta.

Dari atas Candi Ijo kita bisa melihat keindahan Jogja dari ketinggian. Sayangnya, Candi Ijo masih sangat asing di telinga para wisatawan karena yang mereka kenal hanyalah Candi Prambanan dan Candi Borobudur saja.

Kawasan Candi Ijo ini masih satu wilayah dengan Candi Prambanan. Memang di area ini ada banyak candi diantaranya ada Candi Sambisari, Candi Barong dan Candi Kalasan. Jadi jika kamu ingin mengunjungi Candi dalam waktu sehari. Bisa banget loh marathon dari satu candi ke candi lainnya.

Setiap candi memiliki perbedaan sejarah dan juga tatanan candi. Apalagi saat menanti senja yang terlihat cantik. Kalian bisa menantikan senja di Candi Ijo atau di Candi Barong. Dari sana kalian bisa melihat begitu cantiknya sunset di atas perbukitan.

Tepat pada hari Kamis, 1 Agustus 2019 kami memilih Candi Ijo untuk dikunjungi karena masih satu wilayah dengan Candi Prambanan. Ternyata perjalanan menuju Candi Ijo tidak menemukan kendala sedikit pun.

Buat kamu yang masih asing dengan Candi Ijo, kalian bisa saksikan sendiri keindahannya Candi Ijo dari ketinggian yang dimana kami bisa melihat keseluruhan Jogja.

Pemandangan Jogja dari ketinggian Candi Ijo
Candi Ijo masih banyak burung berterbangan

Candi Ijo adalah kompleks percandian di atas perbukitan. Kontur jalan menuju Candi Ijo sudah beraspal tapi sayangnya masih sangat sempit. Sedangkan kendaraan yang berseliweran tak hanya motor dan mobil saja melainkan bis tingkat juga ada.

Saat saya menuju Candi Ijo, perjalanannya terus menanjak hingga tanjakan yang menukik pun kami lewati dengan mobil sewaan.

Tepat di pertigaan mobil kami diberhentikan oleh salah satu panitia. Entah panitia apa tapi yang pasti mereka mengenakan kaos berwarna hitam lengkap dengan walkie talkie di genggamannya.

Sempat agak lama kami menunggu ternyata ada beberapa bis yang melintas dan membuat antrian mobil semakin panjang karena memang setiap ada bis lewat, maka harus ada yang mengalah untuk berhenti agar bisa saling menjaga jarak aman di tiap kendaraan.

Mungkin bagi kamu yang menggunakan motor tidak akan diberhentikan karena motor bisa dengan bebasnya jalan tanpa hambatan sama sekali.

Akhirnya pun, kami bisa melanjutkan perjalanan kembali. Tanjakan demi tanjakan kami lalui hingga akhirnya terdapat plang yang bertuliskan Parkir Mobil Candi Ijo.

Disanalah kami bisa parkir mobil tepat di sebrang Candi Ijo. Untuk menuju ke Candi Ijo pun berjalan kaki dengan tanjakan sedikit menukik membuat kami yang berjalan pun harus sedikit effort. Mungkin kalau kepeleset bisa keguling kali yah.

Bagian depan Candi Ijo di teras pertama
Candi Ijo pada teras Pertama


SEJARAH SINGKAT CANDI IJO

Candi Ijo merupakan Candi yang berlatar belakang agama Hindu yang dimana agama tersebut berkembang di Indonesia pada abad IX masehi. Candi Ijo ini dulunya adalah tempat pemujaan untuk para dewa yang memiliki 17 struktur bangunan dan 11 teras.

Pada bagian teratas dari Candi Ijo tepat di teras kesebelas terdapat Candi Induk dan tiga Candi Perwara yang dimana pada bagian luar candi induk terdapat relung untuk menempatkan arca Agastya, Ganesha dan Durga. Candi Induk menghadap ke arah Barat dan ketiga Candi Perwara menghadap ke  arah Timur.

Lingga Yoni yang berada di dalam Candi Induk

Sedangkan pada bagian Candi Induk di dalamnya terdapat sebuah bilik dengan Lingga Yoni yang melambangkan Dewa Siwa yang menyatu dengan Dewi Parwati.

Bagian dalam Candi Perwara Selatan dan Utara tidak ditemukan apa-apa sedangkan pada bagian Candi Perwara Tengah terdapat Nandi dan Padmasana (Meja Batu). Keempat Candi tersebut terdapat pada satu halaman saling berhadapan antara Candi Induk dan Ketiga Candi Perwara.

Candi Induk dan Candi Perwara saling berhadapan
Foto ini diambil dari Candi Induk, Tepat objectnya Candi Perwara 

Pada teras kesebelas ini pula ditemukannya delapan buah Lingga Patok yang berada pada masing-masing arah mata angin.

Ada beberapa teras yang tidak ditemukan satu bangunan apapun yaitu Teras Kedua, Teras Ketiga, Teras Keenam, Teras Ketujuh dan Teras Kesepuluh. Sedangkan pada teras kesembilan ditemukan berupa sisa-sisa batur bangunan yang menghadap ke timur.

Teras Kedelapan terdapat tiga buah candi dan empat buah bangunan batur serta ditemukan dua buah prasasti batu.

Salah satu prasasti yang ditemukan di atas dinding pintu masuk candi (Candi F) terdapat tulisan Guywan atau Bluyutan yang memiliki arti pertapaan. Sedangkan prasasti batu lainnya berisi 16 buah kalimat yang berupa  mantra kutukan yang diulang-ulang berbunyi Om Sarwwawinasa, sarwwawinasa.

Pada teras Kelima terdapat satu buah candi dan dua buah batur. Sedangkan pada teras keempat dan teras pertama, ditemukannya satu buah candi. Bangunan pada teras yang tertinggi merupakan salah satu bangunan yang sangat sakral.

Loket Karcis di Candi Ijo


TIKET MASUK CANDI IJO

Untuk masuk ke kawasan Candi Ijo setiap pengunjung akan dikenakan biaya sebesar Rp. 5.000 perorang. Sedangkan untuk wisatawan dikenakan biaya Rp. 10.000.

Candi Ijo ini berundak sehingga untuk mencapai Candi Ijo tertinggi diharuskan naik belasan anak tangga yang curam.

Setiap anak tangga dibuatnya tinggi sehingga untuk naik ke tiap anak tangga harus secara perlahan karena agak sedikit menukik.

Pada tahun 2013 kondisi Candi Ijo masih banyak reruntuhan yang belum di pugar dan dilestarikan sehingga tiap reruntuhan ditumpuk dalam satu posisi bidang segiempat menyesuaikan bentuk candi.

Padahal pada bagian bawah tepatnya di Teras Pertama ditemukannya satu buah candi dan Teras Keempat ditemukannya satu buah candi pula. Sedangkan pada Teras Kelima ditemukan satu buah candi dan dua buah batur bangunan.

Candi Ijo pada teras pertama di tahun 2013
Candi Ijo pada teras pertama yang telah di pugar di tahun 2019
Belasan anak tangga di Candi Ijo pada tahun 2013
Belasan anak tangga tahun 2019

Pada tahun ini yaitu 2019 Teras pertama sudah mulai di pugar sehingga candi pun telah tersusun dengan rapi. Walaupun masih dalam tahap pengerjaan, sehingga bangunannya pun masih belum terlihat begitu sempurna.

Pernah dengar ucapan guide candi berkata bahwa tiap batu yang tersusun untuk membentuk sebuah candi, tidak semuanya berasal dari dahulu kala karena adanya beberapa bebatuan yang menghilang dan tidak ditemukan.

Menyusun sebuah candi bagaikan menyusun puzzle. Penempatannya harus tepat dan ukurannya pun harus sama. Sehingga bebatuan yang menghilang harus digantikannya dengan bebatuan yang baru. Makanya tak heran kalau warnanya pun berbeda.

Tumpukan batur bangunan yang belum tersusun rapi
Candi di Teras keempat

Jika kalian rajin melihat tiap bebatuan yang ada di tiap candi. Pasti kalian akan menemukan salah satu bebatuan candi yang terdapat lubang kecil seperti bekas tertanam paku gitu deh.

Itulah bebatuan yang ditambah dari hasil pengrajin bebatuan agar batu tersebut terlihat menyerupai seperti batu alam dahulu kala.

Untuk warna batunya pun sangat berbeda. Bebatuan dari dahulu kala lebih gelap dan lusuh. Sedangkan bebatuan hasil temuan dari kali tahun ini agak lebih muda dan terlihat lebih bersih pastinya.

Jadi yuk coba sesekali lebih detail melihat tiap batu candi yang tersedia. Itupun kalo kamu kerajinan sih dan ingin membuktikannya apakah benar atau tidak?

Memang terbukti, saat saya mengunjungi Candi Plaosan ada beberapa temuan batu yang memiliki lubang kecil dengan warna yang berbeda. Ternyata semua candi pun melakukan hal yang sama karena memang pasti ada saja bebatuan candi yang menghilang atau tidak ditemukan.

Bagian belakang dari Candi Induk 

Saat mengunjungi Candi Ijo jangan hanya berdiam diri saja di depan Candi. Ada baiknya berkelilinglah hingga main ke belakang candi Ijo. Tepat pada bagian belakang candi terdapat halaman yang cukup luas.

Memang Candi Ijo ini terlihat begitu gersang dengan kondisi tanah merah yang dimana debunya bertebaran saat tertiup angin. Bahkan sedikitnya pepohonan rindang yang tumbuh di area Candi.

Akan tetapi saat sedang musim penghujan, kondisi tanah Candi Ijo terlihat lebih subur dengan rerumputan yang berwarna hijau. Sayangnya saat kami main ke Candi Ijo memang sedang musim kemarau. jadilah pemandangan candi ijo agak gersang.





Nikmatilah udara sejuk di Candi Ijo. Walaupun panas teriknya matahari begitu menyengat tapi saat angin bersemilir, udara sejuk pun semakin terasa. Jangan lupa bawa payung atau topi saat berkunjung ke Candi Ijo.

Datanglah saat senja karena perubahan langit yang begitu cantik akan lebih terlihat saat kamu masih berada di kawasan Candi Ijo. Jangan terburu-buru saat mengunjungi candi. Lihatlah ke bagian dalam candi karena di tiap candi memiliki relief yang berbeda.

Sekian sudah petualangan kami selama di Candi Ijo. Candi ini salah satu candi yang wajib kamu kunjungi saat berada di Jogja.

Cheers,
17 Sep 2019

DISCLAIMER :
Tulisan ini murni dari pengalaman pribadi. Seluruh biaya yang dikeluarkan pun dari uang kami sendiri. Tidak ada paid promote, collaboration ataupun Sponsorship.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Yuk ah komen daripada cuma sebarin Spam

Copyright 2012 Dian Juarsa. Diberdayakan oleh Blogger.