Senin, 14 September 2020

Pengalaman Melahirkan secara Normal ditengah Pandemi Covid 19


Kehamilan sudah memasuki minggu ke 38 saat sepulang dari rumah mertua tepatnya pukul 20.30 WIB saya merasa perut terasa begitu kencang dan sakit saat berjalan. Entah ada masalah apa dengan kehamilan saya.

Akhirnya curhatlah dengan suami dan saya diminta untuk menghubungi dokter Musa karena takutnya kontraksi. Setelah saya wasap dan dapat balasan dari pak dokter. Kalau saya harus sesegera mungkin kontrol kehamilan sekarang juga karena sudah kontraksi.



SELASA, 7 JULY 2020
Saya dan suami pun sesegera mungkin ke rumah sakit untuk kontrol kehamilan tepat pada hari Selasa, 7 July 2020 pukul 23.00 WIB di RS Gandaria. Kebetulan dokter langganan saya sedang bertugas disana.

Saya pun masuk ke ruang IGD untuk cek detak jantung janin selama sejam. Suami pun sudah tegang banget karena firasat dia bilang kalau saya akan melahirkan. 


Padahal saya pun tidak merasa mules sama sekali. Benar-benar cuma berasa kencang saja bagian perut. Saya pikir karena kecapean.

Selang sejam berlalu akhirnya dokter pun menjelaskan kalau saat ini kontraksi saya tidak beraturan tapi saya dan suami dilarang untuk pulang ke rumah. Melainkan kami harus segera ke RSIA Asih untuk mendapatkan penanganan sesegera mungkin. 

Benar saja firasat suami saya, ternyata sebentar lagi sudah waktunya saya akan melahirkan.



RABU, 8 JULY 2020
Anehnya saya tidak merasa gugup atau takut sama sekali. Malah suami saya yang merasakan itu semua. Sesampainya di RSIA Asih tepat pukul 00.30 WIB hari Rabu, 8 July 2020. Saya langsung ke IGD untuk melakukan CTG lagi.

Sebelum mulai CTG, saya diminta untuk berganti pakaian. Makinlah suami saya shock dan yakin kalo proses persalinan sudah di depan mata. Tapi saya masih nyantai karena memang rasa mulasnya timbul tenggelam. 

Dapet info dari teman biasanya kalo belum terasa mules banget pasti disuruh pulang. Nyatanya saya tidak diperbolehkan pulang.

Saat CTG kondisi denyut jantung baby diangka 155. Sedangkan normalnya denyut jantung diangka 120 - 150. 

Berhubung denyut jantung baby diatas angka normal. Jadi kondisi jantung untuk menghirup oksigen dari plasentanya kurang baik. 


Sedangkan kontraksi masih sangat lemah sehingga harus diinduksi menggunakan obat prostol di bawah lidah.

Tepat pukul 01.00 WIB saya dan suami diharuskan rapid test dan urin. Selama di ruang bersalin beberapa kali saya masih harus menggunakan alat CTG untuk melihat perkembangan kontraksi dan denyut jantung baby.

Akhirnya pada pukul 02.44 WIB hasil rapid test kami keluar yang menyatakan saya dan suami non reaktif. Alhamdulillah saya tidak perlu melakukan rontgen thorax karena hasilnya non reaktif. 

Kalau di RSIA Asih protokol kesehatannya harus di rapid test, kalau hasilnya reaktif maka langkah selanjutnya harus di rontgen.

***

Pukul 06.30 WIB sudah mulai diberi sarapan pagi seperti susu coklat hangat dan telur rebus. Lalu 2 jam kemudian baru diberi pepaya, ayam goreng dan french fries. 

Makanan di RSIA bervariasi seperti western food dan Indonesian food tersedia buat bumil yang mau melahirkan.

Berhubung selama hamil saya memiliki kendala seperti susah BAB dan ambeien. Jadilah saya diberikan obat pencahar oleh susternya agar saat proses melahirkan tidak keluar yang tak diinginkan. Hahahaa...

Akhirnya obat pencahar itu bereaksi dan sudah mengeluarkan ampas beberapa hari yang lalu dan saya mulai disuruh olahraga kecil seperti berjalan kaki selama sejam. Agar proses kontraksi bisa terus meningkat menjadi pembukaan. 


Dari semalam masih saja belum ada pembukaan segitu sudah diberi obat prostol untuk induksi di bawah lidah.

Pukul 12.00 WIB saya dapat kunjungan dari dokter Musa. Beliau menanyakan bagaimana perkembangan yang saya rasakan saat ini. 

Sambil bercanda saya pun bilang "baby nya masih betah di dalam perut dok". Dokter pun tertawa mendengarnya dan akhirnya saya diberi penjelasan mengenai obat yang saya konsumsi dan jika memang setelah pembukaan dan pembukaannya tidak naik juga. Akhirnya dilakukan tindakan induksi dengan menggunakan infus. 

Saya dan suami pun menyetujui apa yang dikatakan pak dokter.

Tepat pukul 21.59 WIB saya tidak merasakan apa-apa karena memang perasaan mules itu timbul tenggelam. Mulesnya berasa kaya mau pup aja. Jadi masih gak jelas kontraksinya. 

Ternyata suster bilang sudah masuk Pembukaan Satu. Kami berdua kaget dan degdegan karena takut proses pembukaannya jauh lebih cepat.

KAMIS, 9 JULY 2020
Pukul 03.05 WIB perut makin sakit, mulesnya jauh luar biasa berasa sekali. Tapi beberapa menit kemudian hilang seketika. 

Suster bilang kalo udah masuk pembukaan memang sakit perutnya lebih kentara dari sebelumnya.

Akhirnya di CTG lagi oleh susternya dan memang sudah banyak peningkatan. 

Suster pun bilang bisa jadi hari ini akan melahirkan. Berhubung sakit perutnya luar biasa, akhirnya suster memberikan obat pengurang nyeri akibat kontraksi.

Pukul 06.18 WIB setelah di CTG kembali ternyata pembukaan saya sudah meningkat menjadi pembukaan kedua. 

Woalaaahhh lama juga ya tahapan pembukaan. Dikirain bakalan cepet banget. Ternyata tidak fulgoso!!!


Akhirnya kami masih tetap menunggu adanya peningkatan kedepannya. Ternyata pembukaan stuck di Pembukaan kedua. Dokter pun minta untuk langsung di induksi menggunakan infus.

Tepat pukul 12.13 saya pun diberikan infus dengan cairan berwarna kuning. Tak disangka mulesnya benar-benar tidak tertahankan. Saya pun mulai berteriak memanggil suster karena sakit dan badan pun mengeluarkan keringat dingin.

Suami sudah ketakutan melihat wajah saya yang semakin pucat. Akhirnya suami pun bilang "sayang mendingan kamu di caesar aja yah. Gak apa-apa deh aku bayar double daripada liat kamu kesakitan kaya gini".

Saya pun mengabaikan permintaan suami karena dari awal saya tidak mau caesar. Saya mau melahirkan normal. 

Ada alasan tertentu mengapa saya memilih normal. Alasannya hanya karena pemulihannya jauh lebih cepat ketimbang di caesar.

Saat saya berteriak, suster mulai melihat pembukaan saya sudah sampai mana. Ternyata dalam waktu 20 menit pembukaan saya sudah masuk di pembukaan keenam. Subhanallah cepat sekali!!!

Suster berkali-kali bilang "bu jangan ngeden ya bu, atur nafasnya bu". 

Saya pun kesal mendengarkan instruksi susternya dan mulai berteriak "saya gak ngeden susteeeerrr tapi ini ngeden sendiriiiii"

Kalo dipikir-pikir gimana caranya ya ngeden sendiri. Hahahahaa...

Jadi tuh sebenernya saat perut saya terasa sangat mules. Ibarat kata rasanya seperti mau pup yang tak tertahankan dan dapat mengakibatkan cepirit di celana. 

Nah itulah kenapa rasanya kaya ngeden sendiri. Padahal di dalam perut rasanya ada yang ngedorong gitu. Mungkin baby nya kali ya udah mau keluar jadi dia mencari celah untuk jalan keluar.

Pukul 13.05 WIB teriakan saya semakin kencang dan suster langsung menghampiri saya. Lalu suster pun berteriak "siapin ruangannya udah Pembukaan Sepuluh".

Kasur yang saya tempati dengan sesegera mungkin dibawa ke ruangan untuk melahirkan. Dalam keadaan sadar saya diberi intruksi "ibu jangan tidur atau merem ya bu. Kalau ngantuk tolong dipaksa melek terus yah dan saat mengejan jangan merem matanya yah".

Instruksi suster pun saya dengar baik-baik. Akhirnya saya dapat suntikan yang sama sekali tidak terasa apapun. 

Saya diberi anestesi agar tubuh terasa kebal dan tidak terlalu terasa sakit saat proses melahirkan berlangsung.

Saat melahirkan salahnya saya tidak belajar teknik pernapasan dengan baik sehingga saya mengalami kesulitan saat akan melahirkan. Apalagi saat mengejan itu tidak sembarangan.

Dokter memberikan instruksi untuk mengejan tanpa suara. Saya pun bingung seperti apa caranya. Sampai akhirnya suami saya turut campur dalam memberikan  instruksi.

"Sayang kamu liatin cara aku aja yah. Gak usah liat yang lain. Gini cara ngedennya sayang eeggghhhh eggghhhhhh. Suaranya ilangin sayang. Hayok yang dicoba, kamu pasti bisa"

Gak disangka suami saya ikut ngeden bareng saya. Sebenernya pengen ketawa tapi gak bisa karena rasa sakitnya tak tertahankan.

Jadi selama proses melahirkan saya dan suami mengejan bersamaan sampai bayi kami lahir ke dunia.

Tepat pukul 13.45 WIB bayi perempuan kami telah lahir dan kami pun sempat bingung kenapa belum ada suara tangisan. Padahal baby udah keluar. Ternyata saat keluar tubuh baby masih terbungkus oleh plasenta dan dokternya harus pecahin secara manual.

Barulah tak lama kemudian kami mendengar suara tangisan baby. Tubuh baby dipenuhi cairan putih dengan kondisi tubuh berwarna kebiruan.



Baby pun langsung nempel di atas tubuh saya untuk mencari puting ibunya. Yah walaupun ASI saya belum keluar tapi tak masalah karena normal kalau abis melahirkan ASInya belum keluar.

Tak lama baby dalam pelukan saya. Dalam hitungan detik sudah diambil suster untuk masuk ke dalam inkubator agar tubuhnya tetap hangat.

Suami pun langsung disuruh mengikuti suster tersebut untuk mengurus ari-ari yang sudah dibungkus dalam kendi berwarna coklat untuk dikubur di depan rumah kami.


Setelah proses selesai, suami menghampiri saya yang sedang dijahit oleh dokter. Tak terasa sakit sedikitpun saat tangan dokter masuk ke dalam vagina saya. Saya merasa ada dorongan keras. 

Ternyata suami memberitahukan kalau sepuluh tangan dokternya masuk ke dalam vagina untuk membersihkan semua darah yang sudah terkumpul dalam satu ember.

Omaygaaatttt gak nyangka kalau saya mengalami pendarahan. Untungnya saat pendarahan saya tidak membutuhkan kantung darah karena kondisi tekanan darah saya masih ditahap normal.


Saya pun masih struggle dengan tetap membuka mata padahal kantuknya terasa berat banget. Setelah proses jahit vagina kelar. Saya langsung dibawa ke kamar kelas 2.

Sesampainya disana sudah ada pasien lain yang sudah melahirkan dari hari sebelumnya. Anaknya juga sama perempuan. 

Selama tahap pemulihan, bayi kami masih dijaga oleh suster di ruang khusus bayi. Menurut penuturan suster bayi baru lahir tidak ada masalah jika belum dikasih ASI karena masih ada sisa makanan dalam tubuhnya.

ASI saya pun keluar setelah 2 hari kemudian. Sempat hopeless karena kasian dengan anak saya yang juga belum minum ASI dari saya. Alhamdulillah setelah itu ASI saya keluar walaupun hanya sedikit.


Alhamdulillah setelah ASI lancar. Anak kami pun dapat diberikan ASI Ekslusif dan dapat tertidur pulas setelah mengASIhi.

Untungnya selama 5 hari 4 malam kami berada di rumah sakit. Bayi kami bisa ditangani dengan baik oleh suster disana.

Saya pun dapat penyuluhan dari dokter laktasi. Disana saya diajarkan cara perlekatan yang baik terhadap bayi dan cara memijat payudara agar ASI tetap lancar dan tidak terjadi penyumbatan ASI.

Tak hanya itu saja, saya pun diajarkan bagaimana cara memandikan bayi baru lahir dengan cara yang mudah. Semuanya saya pelajari dengan baik sehingga saya tak merasa takut memandikan bayi. 


Akhirnya saya sudah diperbolehkan pulang dengan bayi kami. Selama ini saya belum diperbolehkan pulang karena menunggu hasil lab bayi kami.

Alhamdulillah bilirubin anak kami normal sehingga terhindar dari penyakit kuning. Bayi kami pun lahir dengan berat 3.03kg dan tinggi badan 51cm.

Sekian sudah pengalaman saya melahirkan di tengah Pandemi Covid 19. Alhamdulillah semua berjalan lancar dan kami ucapkan terima kasih atas doanya buat keluarga dan kerabat terdekat.

Cheers,
14 Sep 2020







Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Yuk ah komen daripada cuma sebarin Spam

Copyright 2012 Dian Juarsa. Diberdayakan oleh Blogger.