Minggu, 09 Desember 2018

Tumurun Private Museum Solo ada mobil antik berumur 86 tahun


Ada museum hits di Solo yang mana Museum ini selalu menjadi incaran bagi mereka yang memiliki jiwa seni tinggi. Koleksi lukisan yang tak hanya dari Indonesia saja pun ada disini. Belum lagi ada beberapa mobil tua yang terlihat begitu vintage keluaran dari tahun 1932 pun terpampang jelas didalam museum.

Museum ini tidak terlihat seperti museum pada umumnya. Bahkan tidak ada plang penanda bahwa rumah yang berwarna putih dengan pagar tinggi itu museum. Seperti rumah pada umumnya yang ada di Solo dengan nuansa serba putih.

Atap museum yang tinggi dengan jendela yang besar sehingga dapat hemat energi karena tidak perlu banyak pencahayaan dari lampu. Ditambah lagi dengan adanya sliding door yang menggunakan finger print. Warbiyasa yaaahhh museum ini, memang sangat dijaga sekali keamanannya hingga kebersihannya. Bahkan temperature ruangan pun sangat diperhatikan.

Saat akan memasuki Museum, kami diberi wejangan terlebih dahulu agar tidak terjadi sesuatu yang tak diinginkan. Inget gengs, wajib mengikuti peraturan yah. Karena karya lukisan di museum ini harganya bikin kamu ternganga deh.

Sliding Door of Tumurun Private Museum

Tumurun Private Museum berasal dari kepanjangan turun temurun. Museum ini diresmikan pada bulan April 2018 yang dikelola oleh Pak Iwan Kurniawan Lukminto, Seorang Wakil Direktur dari Perusahaan Tekstil terbesar di Asia Tenggara, PT Sri Rejeki Tekstil (SRITEX) yang terletak di Jalan Kebangkitan Nasional RT 02 RW 04 dekat dengan Taman Sriwedari, Solo.

Beberapa koleksi di dalamnya pun juga ada mobil milik mendiang ayahnya Pak Iwan. Mobil tersebut masih bisa digunakan, bahkan perawatan yang ekstra membuat seluruh mobil tua nya ini terlihat kinclong dan vintage.

Bukan hanya memajang karya seni rupa, Museum ini juga memamerkan mobil antik dari pabrikan Dodge tahun 1932, tahun 1948  dan Mercedes Benz tahun 1972. Ketiga mobil ini adalah peninggalan dari ayahnya dan pendiri dari PT Sritex Alm H. M. Lukminto.

Mobil Sritex (PT Sri Rejeki Tekstil)

Dari atas ke kiri : Tahun 1932, Tahun 1949 dan Tahun 1972
Dulunya ketiga mobil ini berada di garasi, berdebu dan tidak dapat dinikmati. Beda halnya dengan sekarang yang telah mengalami perubahan sehingga dapat di nikmati oleh khalayak. Sama halnya dengan lukisan yang dipamerkan di Tumurun Private Museum, tidak sembarang orang untuk bisa merawat semua lukisannya. Bahkan temperature ruangan juga sangat diperhatikan.

Ada satu lukisan di lantai dua karya Affandi yang berjudul "Self Potrait" yang dibuat pada tahun 1966, tiap guratan garis yang menciptakan dimensi warna gelap dan terang menyerupai wajah sang maestro membuat saya terpana seketika melihatnya.

Sempat berpikir apa sih yang ada di pikiran sang pelukis sehingga dapat mengerjakan sebuah lukisan dari tiap guratan warna hingga menyerupai wajah.

Beberapa karya lukisan memiliki tempat khusus dengan jarak beberapa puluh centimeter. Bagi pengunjung pun ada peraturannya saat berkunjung ke Tumurun Private Museum saat melihat lukisan. Nah saat kesana kalian wajib mematuhi peraturan di bawah ini yah.

Taati Peraturan Museum

Jarak aman dari lukisan 50 cm

Karya Patung Floating Eyes Wedhar Riyadi
Karya Patung "Floating Eyes" Wedhar Riyadi yang merupakan karya ikonik dari pagelaran art jog 10 pada tahun 2017. Patung ini memiliki makna pada setiap mata yang artinya banyak orang yang dapat melihat aktivitas kita dan pada bagian ketiga kakinya merupakan follower atau pengikut kita, begitulah jelas Pak Iwan.

Selain itu, ada pula radio yang sudah berumur puluhan tahun terpampang di bagian depan sebelum memasuki Tumurun Private Museum.

Sempat terpikir oleh saya bahwa apa sih yang dipikirkan oleh para kolektor sehingga mereka sangat menyukai untuk mengumpulkan karya seni yang bernilai tinggi. Ternyata dengan meng-koleksi seni rupa mengharuskan Pak Iwan untuk banyak belajar, harus rajin membaca dan mengunjungi museum, galeri dan pameran.

Radio baheula
Karya Zhang Linhai
Perhatikan lukisannya, meja inilah yang digunakan dahulu kala
Tumurun Private Museum yang memiliki luas hingga 1.800 meter persegi dengan bangunan yang dirancang menjadi standard ruang pamer modern dengan suasana serba putih sehingga ruangan terlihat lebih luas.

Bagi kamu yang mau datang kemari, tidak ada biaya tiket masuk. Hanya saja pengunjung yang berdatangan sangat dibatasi dan diharuskan membuat reservasi terlebih dahulu. Museum ini baru saja dibuka sudah banyak peminatnya.

Pernah beberapa kali ada pengecualian bagi pengunjung expatriat yang sudah datang ke museum. Awalnya memang sudah diberitahukan bahwa untuk masuk ke museum ini diharuskan membuat reservasi terlebih dahulu. Akan tetapi, karena mereka tidak tahu jadilah pihak pengelola mengijinkan mereka untuk masuk ke dalam museum. Beruntungnya mereka karena Pak Iwan memberikan ijin untuk bisa singgah sejenak.

Eh ada Pak Iwan 
Lukisan inilah yang sangat saya sukai

Setiap pengunjung yang melihatnya akan memiliki persepsi yang berbeda


Ada lebih dari 100 koleksi yang sudah dikumpulkan di Tumurun Private Museum dari berbagai negara. Sehingga para seniman dapat menikmati karya sang maestro di museum ini. Bahkan barang-barang peninggalan terdahulu pun sangat terawat rapi disini.

Setiap koleksi yang didapatkan oleh Pan Iwan juga memiliki cerita unik. Dari yang susah sekali untuk mendapatkannya hingga harus tetap berusaha agar mendapatkannya seperti karya pelukis Indonesia Edi Sutanto dengan cara merayu pihak gallery yang menyimpan hasil karyanya dengan cara memberitahukan bahwa karya tersebut untuk di display di museum hingga akhirnya luluh juga dan bersedia.

Tak hanya itu saja, ada juga yang didapatkan dari hasil lelang saat mengikuti lelang di Sotheby's Hongkong pada tahun 2015 karena tertarik dengan kepiawaian teknik Affandi dalam setiap guratan yang menciptakan dimensi gelap terang menyerupai wajah sang maestro.




Selesai sudah keliling museum yang memiliki lukisan indah dengan beberapa barang antik dan patung yang dapat memanjakan mata juga memberikan keindahannya disetiap guratan lukisan. Setiap pengunjung tidak dapat terlalu lama di museum ini karena ada batas waktu agar dapat bergantian dengan pengunjung lainnya.

Cheers,
9 Dec 2018

2 komentar:

Yuk ah komen daripada cuma sebarin Spam

Copyright 2012 Dian Juarsa. Diberdayakan oleh Blogger.