Jumat, 11 Juni 2021

Hikmah di balik musibah banjir Jakarta 2020

Kalian masih inget kan kejadian Banjir di awal tahun 2020 yang melanda Jakarta hingga lumpuh total berhari-hari dan saat itu saya sedang hamil muda (11 minggu). 

Tak disangka kostan yang kami tempati ikut kebanjiran juga hingga 70 cm (Sepaha) saat pukul 04.30 WIB. Selang beberapa jam ternyata banjirnya hingga sedada. Untungnya kami sudah langsung packing barang-barang penting dan keluar dari kostan.

Sungguh naas kejadian yang kami alami harus kebanjiran saat dipagi hari dan kami bingung akan mengungsi kemana. Karena tiap hotel yang kami datangi semuanya penuh. 

Bahkan rumah mertua pun sudah tergenang air yang cukup dalam dan kami tidak bisa mengungsi disana. Walhasil kami bisa berteduh di dalam mobil saja.

Baca juga : Awal tahun 2020 diterpa musibah kebanjiran terparah

Entah apa yang saya pikirkan saat itu, Saya cuma merasa lelah saja harus berjalan kaki hingga 4 km sembari menerjang air banjir yang begitu deras. Sempat hampir terjatuh ke dalam lubang karena memang sudah tertutup oleh air keruh. 

Ditambah lagi saat berjalan kaki ada mobil yang mengebut hingga air yang tergenang pun menciprat seluruh tubuh kami hingga basah kuyup.

Alhamdulillahnya saya masih bisa tertawa terbahak-bahak karena lucu lihat ekspresi suami saya yang sangat emosi saat itu. Segitu kami berdua jalan kaki menggunakan payung agar tidak terkena hujan. 

Eeehhh ujung-ujungnya mah tetep aja basah kuyup karena cipratan air akibat mobil mengebut tanpa melihat ada pejalan kaki di sisi jalan.

Saya berusaha menenangkan suami dan akhirnya suami pun ikutan tertawa pula. Yaahhh saya merasa selagi ada suami di samping saya, Jadi saya gak terlalu khawatir banget. 

Kebanjirannya juga tidak saat sendiri melainkan ada suami yang tidak dinas. Gak kebayang kalau saat itu suami saya dinas ke Palembang. Entah bagaimana nasib saya saat itu? :(

Setelah banjir surut, semua perlengkapan kami hancur dan tidak ada tempat untuk bisa beristirahat, akhirnya mertua kami pun menawarkan rumahnya untuk kami tinggali.

Jadi selama saya hamil muda hingga hamil tua, saya masih tinggal di rumah mertua. Sebulan sebelum anak kami lahir, Kami pun memutuskan untuk pindah dan cari kontrakan yang letaknya dekat dari rumah orang tua saya.

Tepat pada Akhir May 2020 kami bisa dengan cepat mendapatkan rumah kontrakan yang letaknya dekat dari rumah orang tua saya. Terima kasih adikku ucup dan bapak yang sudah keliling cari kontrakan untuk kami.

Bye bye kostan kami yang luasnya hanya 4meter x 4meter saja. Terima kasih sudah menjadi tempat kami berlindung selama 5 bulan.


KONTRAKAN TAHUNAN

Selama setahun kami tinggal di kontrakan dekat komplek orang tua kami, yah jaraknya sekitar 800 meter lah. Sehingga kami bisa sambil berjalan kaki kalau mau ke rumah orang tua saya.

Biaya yang kami keluarkan tahunan, jadi kontrakan ini tidak menerima pembayaran bulanan. Jadilah kami harus membayar di muka untuk biaya kontrakannya.

Rumah yang kami tempati paling ujung dan di samping rumah kami ada sisa tanah yang memang sudah dirapikan oleh pihak RT untuk tempat bermain anak-anak. 

Pagar di belakang pun yang dimana terdapat akses jalan untuk motor menuju area perkampungan sudah dikunci permanen semenjak covid19.

Cluster kami sudah tidak terbuka lagi untuk umum. Dulunya pagar kecil itu bisa untuk akses ibu-ibu kalau mau belanja dan juga tempat keluar masuk para pedagang agar aksesnya bisa lebih dekat dengan area perkampungan.

Bersyukur sekali saat kami tempati rumah kontrakan itu. RT kami melakukan polling "Apakah pintu pagar belakang tetep dibuka seperti biasanya atau di tutup permanen". Alhamdulillahnya polling terbanyak lebih memilih untuk menutup akses tersebut.

Kami sangat betah tinggal di rumah itu, Yaahh walaupun banyak hewan kecil yang masuk seperti kaki seribu, lipan, cacing tanah dan banyak lagi deh. Setidaknya tetangganya tidak ada yang rese dan baik-baik pula.

Sayangnya rumah kontrakan yang kami tempati tidak bisa kami beli. Jadilah kami memilih untuk mencari rumah lain untuk kami beli dan kami tempati selamanya.

Saya dan suami sepakat untuk membeli rumah agar kami tidak pindah-pindah mulu. Kasian anak kami kalau sampai harus berpindah-pindah tempat. Jadilah kami pun nekat mencari rumah tahun ini.

Memang dibalik kejadian tahun lalu yang membuat kondisi rumah tangga kami benar-benar jatuh di titik terendah. Kami bersyukur bahwa Allah SWT memiliki rencana yang jauh lebih baik dan jauh dari rencana kami.

Padahal rencananya sekitar 5 tahun ke depan kami harus mengumpulkan uang untuk DP rumah dan membeli rumah. Ternyata kami memiliki kesempatan di luar dugaan kami. Tak disangka tahun ini ada beberapa perumahan yang menjual rumah baru dengan DP 0%.

Disitulah kami bertekad bulat dan nekat untuk membeli rumah tanpa DP agar kami tidak perlu mengeluarkan uang tiap tahunnya hingga puluhan juta lagi. Kami hanya pusing membayar biaya bulanan saja ketimbang bayar tahunan.

Baca juga : Proses Pembelian Rumah DP 0%

Buat teman-teman yang pernah merasakan berada di titik terendah dan sangat jatuh. Jangan cepat putus asa dan tetap husnudzon (berbaik sangka) dengan tuhan kalian. Dibalik kejadian yang kamu alami, pasti ada rencana besar yang sedang tuhan rancangkan untuk kalian. 

Intinya kalian harus tetap semangat dan tetap saling mendukung satu sama lain walaupun banyak musibah yang sedang kalian alami saat itu.

RUMAH IDAMAN

Tak disangka segala proses pembelian rumah pun sangat dipermudah dan tak ada kendala sedikitpun. Prosesnya pun tak sampai sebulan kami sudah bisa tempati rumahnya.

Akan tetapi, rumah yang akan kami tempati sudah kosong selama 6 bulan. Sehingga kami masih harus menunggu beberapa minggu lagi untuk bisa kami tempati.

Kami pun meminta pihak developernya untuk secepatnya mengerjakan rumah kami karena akhir May 2021 batas waktu kami harus pindah dari rumah kontrakan.

Mereka pun menyanggupi permintaan kami. Sehingga kami terus pantau pengerjaan tukang di rumah kami agar tidak ada yang skip satupun.

Rumah kami memang ada cacat di bagian ceiling terdapat lubang di gypsumnya, Tanah belakang ada rumput liar yang sudah tinggi sedada saya, Bagian tembok terdapat retak sedikit, carport yang sudah rusak akibat sering ditempati mobil sebelah untuk parkir dan pemasangan kanopi di carport.

Semua permintaan kami disanggupi dan dalam waktu 3 minggu harus sudah kelar. Mereka pun memberikan garansi jika ada pengerjaannya yang kurang, kami bisa complain dan diberikan waktu hingga 3 bulan ke depan.

Akhirnya kami memiliki rumah yang sangat kami inginkan sebelum menikah. Memang awal pernikahan saya lah yang paling ngotot untuk beli rumah agar tidak ngontrak rumah terus.

Suami pun tidak dapat memberikan kepastian karena memang merasa belum sanggup untuk membeli rumah, Saya pun harus bersabar dan menerima kenyataan kalau kami memang tidak bisa paksakan kehendak.

Dengan bersabar dan legowo, tak disangka suami pun langsung mengajak saya untuk mencari rumah yang saya ingin tempati untuk keluarga kecil kami. Entah mengapa saya lebih sreg dengan perumahan ini ketimbang perumahan sebelumnya.

Selain harganya yang memang pas di kantong suami saya, lokasinya pun jauh lebih strategis ketimbang perumahan sebelumnya. Walaupun perumahan sebelumnya jauh lebih bagus dan tanahnya lebih luas. 

Entah kenapa hati saya tidak memilih rumah itu sama sekali. Yah memang jodohnya di perumahan sawangan kali yah. Hehehhee...

Dari artikel ini saya ingin berbagi kepada teman-teman yang sedang berjuang di luar sana. Jangan mudah menyerah dan tetap percaya dengan rencana tuhan. 

Kita memang memiliki banyak rencana, tetapi rencana tuhan lah yang jauh lebih baik untuk kita.

Jangan mudah putus asa, tetap rajin berdoa untuk meminta kepada tuhan dan rajin bersedekah yah. Biar apapun yang kita inginkan bisa diberikan kemudahan. 

Walaupun butuh waktu yang agak lama, disitulah kita bisa jauh lebih bersyukur bukan?

Saya pun sangat berterima kasih kepada suami yang selalu bersabar menghadapi keinginan istrinya ini yang banyak mintanya. 

Terima kasih sudah memberikan pengarahan agar saya bisa belajar untuk bersabar dan terima kasih pula sudah mewujudkan keinginan istrinya ini untuk keluarga kecil kita.

Gak apa deh kamu gak romantis, gak begitu peka dan kalau ngomong selalu to the point (udah tau punya bini ambekan). 

Setidaknya tiap omongan kamu selalu dibuktikan dengan nyata tanpa basa basi. Disitulah saya merasa bersyukur mendapatkan suami yang memang omongannya bisa dijaga, tanpa rayuan atau gombalan.

Sekian sudah sharing pengalaman kami, Terima kasih sudah membaca artikel ini dengan seksama. Yuk kita sama-sama berjuang.

Cheers,
21 May 2021

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Yuk ah komen daripada cuma sebarin Spam

Copyright 2012 Dian Juarsa. Diberdayakan oleh Blogger.