Jumat, 30 Agustus 2019

Candi Plaosan Bukti Cinta dari Perbedaan Keyakinan


Sudah kesekian kalinya saya hanya melewati kawasan Candi Plaosan yang terletak di Dukuh Plaosan, Desa Bugisan, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Klaten yang berjarak sekitar 2,6 km dari Candi Prambanan.

Sempat penasaran dan ingin mengunjungi ke Candi Plaosan dua tahun lalu. Tapi sayangnya, saat kedatangan saya ke Jawa Tengah bersama kedua orang tua saya yang dimana mereka hanya ingin mengunjungi Candi Prambanan dan Candi Borobudur saja.

Memang kedua candi tersebut sangat terkenal sehingga keberadaannya tidak pernah sepi dari pengunjung. Beda halnya dengan Candi Plaosan, Candi ini sangatlah sepi dari pengunjung. Kedatangan kami pun seakan candi ini seperti tidak dibuka untuk umum.

Padahal Candi Plaosan memang sangat terbuka untuk umum. Sayang sekali, keberadaan Candi Plaosan ini agak sedikit sulit mencari parkiran. Sempat bingung saat mencari tempat untuk parkir dan ternyata mobil kami diperbolehkan terparkir di depan rumah warga.


Candi Plaosan ini memiliki dua tempat yang berbeda. Lagi lagi, kami bingung apakah Candi yang lebih kecil bisa kami kunjungi. Karena memang candi yang terletak dekat parkir mobil pun sangatlah sepi dari pengunjung. Candi tersebut seringkali disebut dengan Candi Plaosan Kidul.

Akhirnya kami memilih mengunjungi Candi Plaosan Lor seringkali disebut dengan Candi Kembar yang dimana bentuk bangunannya lebih besar dan utuh.

Candi Plaosan Lor memiliki dua candi utama. Candi yang terletak disebelah kiri (Utara) dinamakan candi induk utara dengan relief yang menggambarkan tokoh-tokoh perempuan.

Sedangkan Candi sebelah kanan (Selatan) dinamakan candi induk selatan dengan relief yang menggambarkan tokoh-tokoh lelaki. Kedua candi tersebut dikeliling oleh 116 stupa dan 50 candi perwara ditambah satu bangunan parit.

Sebelah kiri Candi Plaosan Utara dan kanan Candi Plaosan Selatan

 SEJARAH SINGKAT CANDI PLAOSAN

Konon katanya kalau pacaran jangan pernah berkunjung ke candi karena nantinya akan cepat putus. Beda halnya kalau kamu ke Candi Plaosan.

Bagi mereka yang masih berpacaran maka hubungannya akan tetap langgeng dan dapat dibawa menuju ke pelaminan. Sedangkan, bagi yang sudah berkeluarga maka hubungan suami istri akan selalu rukun dan tentram.

Entahlah atas dasar apa pernyataan tersebut dibuat akan tetapi Candi Plaosan adalah salah satu candi yang memiliki bukti cinta dari perbedaan keyakinan.

Mitos Candi Plaosan untuk suami istri dapat selalu rukun rumah tangganya
In Frame : Candi Plaosan Utara

Asal muasal candi ini dibangun atas rasa cintanya Raja Mataram Kuno yang bernama Rakai Pikatan kepada istrinya yang dimana keduanya memiliki perbedaan keyakinan. Bahkan sebelumnya pernikahan mereka pun tidak disetujui orang tua karena perbedaan keyakinan.

Tapi dari Candi Plaosan ini telah membuktikan bahwa perbedaan keyakinan tidak membuat cinta mereka pudar begitu saja. Bahkan mereka pun saling mendukung dan menguatkan satu sama lain.

Sang Raja Rakai Pikatan yang menganut agama Hindu pun telah membuktikannya dengan mempersembahkan bangunan Candi Buddha yang mendapatkan nuansa arsitektur Hindu untuk istrinya yang bernama Pramodyawardhani penganut agama Buddha.

Candi Plaosan menggambarkan kerukunan cinta antara Raja Rakai Pikatan dan sang istri Pramodyawardhani yang dibuatnya sebagai ungkapan cinta raja kepada istrinya. Romantis yah!!

Tak disangka dari jaman dahulu kala ada juga kisah cinta yang begitu romantis sebelum adanya kisah romeo dan juliet booming di kalangan milenial. Tapi memang sayangnya, sejarah seperti ini terkadang seringkali kita lupakan.

Candi Plaosan Lor

Saya merasa menyesal dulu saat pelajaran sejarah selalu mengantuk saat guru sedang menerangkan sejarah-sejarah terdahulu. Padahal kalau kita telusuri lebih dalam lagi, ada banyak kisah menarik yang bisa kita patut contoh.

Dari sejarah Candi Plaosan pun terdapat makna bahwa perbedaan tetap mengajarkan kita untuk selalu rukun dan damai satu sama lain. Janganlah jadikan perbedaan membuat akar permasalahan dimulai hingga akhirnya dapat memecah belah persatuan yang telah ada.

Janganlah jadikan perbedaan keyakinan membuat hubungan antar manusia menjadi terkotak-kotak hingga akhirnya menimbulkan permasalahan baru. Bukti cinta yang menggambarkan rasa toleransi yang begitu tinggi.

Bukti cinta mereka terhadap pasangan pun tidak membuat rasa cinta terhadap agamanya pun memudar. Mereka tetap berpegang teguh dengan agamanya masing-masing tanpa harus ada yang berpindah agama agar tetap bersatu.

Candi Perwara yang berada di depan Candi Plaosan Lor
Di atas tangga menuju Candi Plaosan Lor

Yah kembali lagi dengan keyakinan masing-masing karena dalam agama saya mengatakan Bagimu agamamu dan Bagiku agamaku yang memiliki makna bahwa setiap agama memiliki peraturan yang berbeda.

Dalam agama saya mengajarkan untuk mendapatkan pasangan yang seiman agar dapat membimbingmu untuk memperdalam imanmu kepada agama yang kami anut. Akan tetapi, untuk berteman tetap bisa dengan siapapun walau berbeda agama.

Belum lagi belajar bertoleransi terhadap sesama juga tak kalah pentingnya. Sejarah terdahulu dapat kita petik kebaikannya. Agar tidak terjadi perpecahan antar agama.

CANDI PLAOSAN LOR

Kedatangan kami ke Candi Plaosan Lor tepat pada hari Kamis, 1 agustus 2019 pukul 11.00 WIB saat matahari lagi cakep banget di atas kepala kita yang begitu teraaanngggg benderang. Topi dan sunglasses pun tak lupa kami bawa saat berkunjung ke Candi Plaosan.

Bagi kamu yang yang tak kuat dengan terik matahari, ada baiknya bawalah payung karena di Candi Plaosan tidak ada pepohonan rindang dan tempat berteduh. Yah paling juga kalian hanya bisa berteduh di dalam candinya saja.

Reruntuhan Candi Perwara dan Stupa
Reruntuhan Candi Perwara

Saat masuk kawasan Candi, kami yang sempat kebingungan pun datang menghampiri bapak setengah baya yang mengenakan pakaian keamanan (security) berwarna putih dan hitam lengkap dengan topinya yang berada di pintu masuk.

"Permisi Pak...Maaf Ini Candi Plaosan kan yah?"
"Iya mba masuk aja, sudah buka kok Candinya"
"Oohh udah bisa masuk yah. Bayarnya berapa?"
"Gratis mba, silahkan saja masuk tapi jangan lupa isi buku tamunya yah"

Kami pun menuliskan nama kami dibuku tamu yang menanyakan nama, alamat, tujuan wisata atau study dan paraf. Sebelum masuk ke dalam Candi, penjaga candi menjelaskan bahwa di dalam sana bisa juga ditemani guide untuk menceritakan sejarah Candi Plaosan.

Entah guide-nya yang mana karena yang saya lihat hanyalah bapak-bapak setengah baya yang mengenakan kaos alakadarnya dengan celana yang terlihat santai dan topi caping yang mereka kenakan. Ada pula yang menggunakan topi biasa.

Sempat kami pun berpikir bahwa mereka adalah bapak-bapak yang bertugas untuk merapikan Candi Plaosan yang akan dipugar kembali karena banyak reruntuhan bebatuan yang berserakan dan belum dikembalikan seperti semula.

***

FYI, dari blog lainnya yang saya baca kalau masuk ke Candi Plaosan ada biaya tiket masuknya sebesar Rp. 3.000. Tapi saat kedatangan kami ke Candi Plaosan sama sekali tidak dipungut biaya apapun. Kami bisa langsung masuk saja tapi sebelumnya harus isi buku pengunjung.

Sebelum masuk ke dalam Candi Plaosan kami sempat berkeliling melihat reruntuhan candi perwara yang bertumpukan mengelilingi kotak yang telah tersedia. Ada pula satu Candi Stupa yang telah berdiri dengan kokohnya sedangkan Candi Stupa lainnya telah runtuh berantakan.

Beberapa Candi Perwara yang masih berdiri kokoh

Salah satu Stupa yang masih berdiri kokoh

Saat sedang asik berfoto datanglah bapak setengah baya membantu kami agar dapat foto berdua. Ternyata bapak itu sudah canggih memotret dengan kamera handphone. Mereka pun tau ada fitur panorama di dalamnya.

Bapak itu mengarahkan saya untuk berfoto di posisi yang berbeda. Jadi posisinya suami saya berada di tengah candi lalu saya diarahkan untuk berdiri di pinggir Candi setelah itu, bapak setengah baya akan memberikan aba-aba untuk saya berpindah tempat ke ujung Candi selanjutnya.

Hasilnya pun bagus juga loh. Wuaaahhh gak nyangka yah bapak ini melek teknologi. Jujur saja, bapak saya tidak pernah tau loh fitur panorama. Menurut bapak saya, handphone itu digunakan hanya untuk menerima telpon, sms, whatsapp dan youtube-an saja haaahaa...

Fitur Panorama yang berada di kamera handphone


Tak hanya itu saja, ada pula gaya yang agak alay. hahahahahaa... itu loh yang tangannya melingkar terus candinya berada di dalam lingkaran tangan kita. Anehnya, suami saya nurut aja lagi dikasih aba-aba sama si bapak guide.

Giliran saya yang mengarahkan suami untuk bergaya di depan kamera pasti selalu menggerutu dan tak akan diikuti apa yang telah saya instruksi kan. Makanya saya pun sengaja mengiyakan apa yang diminta bapak guide ini.

Saya penasaran ingin tau gimana sih cara suami saya menolak permintaan si bapak.

Boro-boro ditolak, mukanya sumringah aja gitu mengikuti apa yang diminta bapak guide-nya. Saya cuma bisa ketawa geli cekikikan biar gak ketawan. Padahal yah kocak banget!!!

Sempat bertanya apa yang membuat suami saya menuruti semua permintaan bapak guide. Giliran istrinya yang minta gaya ini itu gak pernah dituruti. Alasannya cuma satu "Omongan orang tua itu harus dituruti sayang". KZL banget kan jawabannya (-__-")

Candi Plaosan Lor Selatan 
Candi Plaosan Lor Utara

Setelah berkeliling sembari mendengarkan guide yang terus bercerita perihal asal muasal Candi Plaosan. Masuklah kami ke dalam Candi Plaosan Selatan yang terdapat relief lelaki di dalamnya.

Di dalam Candi Plaosan memiliki dua ruangan besar di lantai bawah dan satu ruangan di lantai atas. Ruangan sebelah kiri terdapat 2 patung dengan kondisi duduk dengan satu kaki berlipat di atas tempat semedinya. Sedangkan di ruangan sebelah kanan terdapat patung-patung kecil.

Nah untuk ruangan yang berada di atas, menurut guide yang menjelaskan cerita terdahulu bahwa pada bagian atas tempatnya raja beristirahat. Sempat bingung bagaimana cara sang raja untuk naik ke atas. Sedangkan di dalam candi tidak ada tangga.

Itulah makanya, cerita terdahulu terkadang di luar nalar kita. Ada saja hal yang tak mungkin pernah terjadi dahulu kala.




Sayangnya, kami tidak masuk ke dalam Candi Plaosan Utara karena siang itu sangat terik sekali dan kepala pun sudah mulai keliyengan akibat kepanasan, Padahal sudah memakai topi. Menurut penuturan guide kurang lebih bentuk Candi di sebelah sama hanya saja reliefnya yang berbeda.

Relief yang berada di Candi Plaosan Utara terdapat relief perempuan pada bagian  luar dan dalam candi. Disana pun tempat istri Raja Rakai Pikatan untuk bersemedi.

Tak terasa lama juga kami berkeliling mengitari Candi Plaosan dengan mendengarkan sejarah Raja Rakai Pikatan yang memiliki sisi keromantisan yang sungguh luar biasa. Beruntungnya istri sang raja yang telah memiliki bukti cintanya sang raja terhadap istri.

Buat teman-teman yang datang berkunjung ke Jogja. Jangan lewatkan berkunjung ke Candi Plaosan yah. Jangan lupa juga mendengarkan kisah keromantisannya sang raja terhadap istrinya. Yah bayar guide-nya seikhlasnya saja karena memang mereka tidak mematok harga.

Note :
Seluruh foto yang ada di artikel ini adalah hasil jepretan dari handphone Samsung Galaxy A50.  


Cheers,
30 Aug 2019

DISCLAIMER :
Tulisan ini murni dari pengalaman pribadi. Seluruh biaya yang dikeluarkan pun dari uang kami sendiri. Tidak ada paid promote, collaboration ataupun Sponsorship.

2 komentar:

  1. Eh keren mbk foto2nya..ulasannya jg lebih lengkap..sy pernah nulis dblog tp tak selengkap blog mbk..sippp

    BalasHapus

Yuk ah komen daripada cuma sebarin Spam

Copyright 2012 Dian Juarsa. Diberdayakan oleh Blogger.