Kamis, 23 Maret 2017

Perjalanan dari Solo menuju Air Terjun Tirtosari Sarangan melalui jalur Tawangmangu


Senin, 27 Feb 2017 Pagi itu rencana perjalanan kami memang seharusnya dari pukul 10.00 AM untuk menuju Air Terjun Tirtosari. Tapi ada salah satu temannya Avia yang tidak bisa join dan tidak ada info sama sekali membuat kami harus menunggu sampai sejam lebih. Kesel? Pastinya....Gimana tidak, Kalau memang gak bisa kan bisa info kita sedari tadi agar kita bisa cari penggantinya yang mengantarkan kami untuk jalan kesana. Oke kita skip aja cerita ini yah, Yuukkk lanjutin lagi yang lainnya.


Bermodalkan 2 motor yang ditemani oleh Avia, Novi dan mas Arif kami pun mulai meluncur dengan kecepatan rata-rata karena masih di Kota Solo. Saya diboncengi mas Arif sedangkan Avia dibonceng Novi. Jangan salah loh, Novi ini walaupun cewe juga pembalap. Bawa motornya gak pake rem. Hahahahhaa...

Pukul 11.30 AM siang itu sangat terik, Saya bersemangat sekali untuk bisa cepat sampai ditujuan karena cuaca sangat mendukung perjalanan kami. Jalan raya yang begitu luas dengan jumlah kendaraan tidak terlalu banyak membuat mas Arif makin melaju lebih cepat lagi dengan angin yang terus berbunyi kencang ditelinga saya. Sepanjang diperjalanan saya bercerita dengan Mas Arif. Apapun bisa jadi obrolan selama di perjalanan yang memakan waktu hingga 2 jam untuk sampai di Air Terjun Tirtosari yang terletak di Desa Ngancar, Kecamatan Ploasan, Kabupaten Magetan, Jawa timur.



Tak disangka perjalanan kami dari Karanganyar - Tawangmangu - Cemoro Sewu Gunung Lawu - Talaga Sarangan ternyata memiliki keindahan yang sangat luar biasa Takjub. Memang siang itu cuaca dalam keadaan tidak menentu. Kadang panas namun tak menutup kemugkinan cuaca berubah jadi hujan deras. Beruntungnya selama perjalanan di Tawangmangu kondisi cuaca hanya mendung saja, jadi kami bisa berhenti sejenak hanya untuk mengabadikan suasana yang begitu dramatis selama dijalan. 

Pegunungan yang tertutup oleh kabut bagaikan foto yang saya lihat saat cari tahu tentang New Zealand. Memang pemandangan apapun yang ada di Indonesia tak kalah menakjubkan dari negara lain. Saya beruntung menjadi warga Indonesia karena kaya akan pemandangan indahnya, belum lagi kaya akan budaya nya juga. 



Penuh keindahan selama perjalanan di Tawangmangu
Mampir sejenak untuk menikmati keindahannya
Saat diperjalanan Tawangmangu kami melewati sekumpulan orang yang padat memenuhi jalan. Entah apa yang terjadi karena disana pun banyak mobil polisi yang parkir.
"Ada apa yah mas? kok rame banget gini sih" Tanya saya ke Mas Arif
"Semalam ada yang kecelakaan disini. Satu bis masuk jurang dan banyak makan korban jiwa" Jawab Mas Arif sembari mata melihat lokasi kejadian.

Yah begitulah perjalanan disana yang memang beraspal baik namun kelokannya tajam dan banyak. Penerangan di Tawangmangu memanglah sangat minim. Bahkan sepanjang jalan saya hanya melihat lampu yang menghiasi rumah-rumah warga. Tidak ada lampu jalan selama diperjalanan. Makanya kalau jalan di tawangmangu ada baiknya jangan di malam hari karena akan sangat berbahaya. Ditambah lagi jangan terlalu sok jago dengan ngebut selama diperjalanan. Walaupun aspalnya tidak terlalu banyak lobang tapi kalian tidak akan pernah tau kelokan mana yang patah. 

Jalan beraspal yang baik di Tawangmangu

Setelah melewati lokasi kejadian kecelakaan tak lama kemudian hujan pun turun. Awalnya hanya gerimis saja yang membuat kami semua malas untuk memakai jas hujan. Namun tak lama kemudian air hujan pun semakin deras membuat kami semua sibuk menyelamatkan gadget yang ada di dalam tas masing-masing.

Saat diperjalanan saya sempat kedinginan karena jaket yang saya pakai tidak terlalu tebal. Memang saya tidak menyangka kalau perjalanan menuju Air Terjun Tirtosari bisa sedingin ini. Saya pikir cuaca akan sangat terik sekali, Makanya malas untuk pakai jaket yang terlalu tebal. Memang yang namanya cuaca akhir-akhir ini tidak dapat diprediksi kembali. Seharusnya maret sudah cerah tapi masih saja ada hujannya.

Magetan Sarangan "Lake to Remember"
Memasuki Kawasan Telaga Sarangan akan dikenakan biaya tiket masuk Rp. 7.500/orang. Tidak jauh dari lokasi tiket masuk kami sudah disuguhkan danau seluas 30 hektar dengan kedalaman 28 meter. Nama danau itu yaitu Telaga Sarangan. 

Obyek wisata satu ini memang diminati oleh para keluarga karena tempatya yang nyaman bagi anak-anak ditambah lagi banyak pedagang kaki lima yang menjajakan aneka ragam makanan, ada juga yang berjualan baju, topi, boneka sampai aneka souvenir lainnya dipinggir Telaga Sarangan. Bagi kalian yang juga mau mencicipi sate kelinci, disinilah tempatnya pedagang banyak yang berjualan sate kelinci.

Telaga Sarangan bareng Avia
Udaranya yang sejuk khas pegunungan karena Telaga Sarangan ini berada di kaki Gunung Lawu memang menyajikan pemandangan yang begitu indah dengan dikelilingi bukit-bukit hijau. Selain itu, Telaga Sarangan juga terdapat wahana wisata unuk mendukung kegiatan wisata disana. Seperti pengunjung dapat berkeliling Telaga Sarangan dengan menggunakan boat atau mungkin bisa berkeliling pinggir danau dengan menyewa kuda. Maka dari itu, tempat ini memang cocok untuk rekreasi keluarga. 

Perahu Boat di Telaga Sarangan Rp. 60.000/orang
Sebelum terbentuknya Telaga ada sebuah cerita yang diyakini oleh warga setempat. Konon ceritanya Kyai Pasir (Kyai Jalilung) dan Nyai Pasir (Nyai Jalilung) adalah sepasang suami istri yang hidup di lereng Gunung lawu yang begitu subur. Keduanya membuat pondok yang terbuat dari kayu hutan yang beratapkan dedaunan. Dengan pondok yang sederhana itu mereka sudah merasa sangat aman dan tidak takut akan bahaya gangguan dari binatang buas. Karena mereka sudah hidup lama dihutan, Jadi tau akan marabahaya selama hidup dihutan.

Pada suatu hari pergilah Kyai Pasir untuk bercocok tanam di ladang sebagai mata pencaharian untuk hidup sehari-hari. Oleh karena itu, Kyai Pasir harus menebang pohon satu demi satu terlebih dahulu. Tiba-tiba Kyai Pasir terkejut karena menemukan sebutir telur di dekat pohon. namun kyai Pasir sempat bingung itu telur apa? karena disekitar ladang tidak tampak binatang unggas seekor pun yang biasa bertelur. Tanpa pikir panjang, Kyai Pasir pun membawa telur kerumah dan diberikan kepada istrinya.

Setelah penemuan telur tersebut, Kyai Pasir menceritakan kepada istrinya dan akhirnya sepakat untuk merebus telur itu. Kyai Pasir makan setengah telur dan istrinya pun makan setengah telur.

Kyai Pasir kembali ke ladang setelah memakan telur yang ditemukannya sebelumnya. Namun setelah tiba diladang sekujur tubuhnya terasa sangat panas sehingga membuat Kyai Pasir terguling-guling di tanah. tak lama kemudian tubuhnya merasakan hal yang aneh, kini tubuhnya pun berubah wujud menjadi ular naga yang besar masih terus berguling kesana kemari tanpa henti.

Gak lama Kyai Pasir mengalami hal yang aneh, Nyai Pasir pun pergi ke ladang karena mengalami hal yang sama seperti Kyai Pasir alami. Sekujur tubuhnya terasa sangat panas. Sesampainya di ladang Nyai Pasir pun kaget karena perubahan Kyai Pasir. Namun akibat sekujur tubuhnya terasa panas yang hebat, Nyai pasir pun tak tahan sehingga terguling-guling tiada henti sama seperti apa yang dilakukan Kyai Pasir. Dan akhirnya Nyai Pasir pun ikut berubah wujud menjadi seekor naga yang sangat besar. Keduanya berguling-guling yang menyebabkan tanah menjadi berserakan dan membuat sebuah cekungan semakin lama cekunga tersebut semakin meluas. Tiba-tiba cekungan menyembur air yang besar memancar keseluruh cekungan. Dalam waktu sekejap cekungan tersebut sudah dipenuhi dengan air da ladang Kyai Pasir berubah menjadi sebuah kolam besar yang disebut Telaga Pasir. 

Sejak kejadian itulah masyarakat setempat tiap setahun sekali tepatnya pada hari Jum'at Pon Bulan Ruwah akan selalu diadakan acara Larung Tumpeng/Larung Sesaji. Upacara ini adalah salah satu ungkapan rasa syukur masyarakat desa. Dalam upacara ritual ini, masyarakat melarung persembahan atau sesaji ke tengah Telaga.
  
Pebukitan yang dilengkapi dengan persawahan
Selain Telaga Sarangan di kawasan ini pun ada air terjun yang bernama Air Terjun Tirtosari Sarangan. Bagi kalian yang masih juga belum capek, bisa melanjutkan dengan motor atau kuda sejauh 1.5 km. Selebihnya harus berjalan kaki sejauh 1 km. Karena jalur yang dilalui tidak dapat dilintasi oleh motor atau bahkan kuda sekalipun.

Saat dipertigaan kami menemukan sebuah loket untuk bayar tiket masuk. Biaya perorangnya Rp. 5.000 beserta asuransi Rp. 2.000. Agak bingung karena gapura depannya tertulis Wana Wisata Ngadiloyo.

"Mas Arif salah kali...Ini bukan air terjun Tirtosari. kok namanya Ngadiloyo" Tanya saya kebingungan.
"Bener kok ini jalur ke Air Terjun Tirtosari, Sebelumnya kan saya abis dari sini juga" Jawab Mas Arif meyakinkan.

Saya pun tidak menanyakan dengan bapak penjaga tiketnya karena sudah sibuk dengan kondisi tangan yag penuh dengan kamera dan juga handphone. 

Kami melanjutkan perjalanan kembali masih diatas motor dengan kondisi jalan yang sempit dan hanya bisa dilalui 2 motor dari arah berlawanan. Turunan yang tajam membuat saya harus memegang batang jok motor dipegang erat agar tidak merosot kedepan. Jalanan yang tak begitu halus membuat Mas Arif harus jaga keseimbangan agar tidak terjatuh.


Masih terus menurun sampai akhirnya kami menemukan banyak motor yang berjajar didepan warung sembari memarkirkan motornya dan saya sibuk melepaskan jas hujan yang masih menempel dibadan.

"Mungkin motor bisanya sampai sini kali" tungkas saya
"Emang cuma sampai sini aja, nanti kita lanjut jalan kaki kesananya" Jelas Mas Arif
"Jauh banget gak mas?" tanya saya penasaran
"Lumayan sih agak jauh tapi gak sampe sejam kok kesananya" jawab Mas Arif sambil tersenyum seperti menutupi kebohongan. Hah!!

Agak tidak percaya denga apa yang dikatakan Mas Arif karena saya yakin pasti kondisi Air Terjun sangatlah jauh. Lagi lagi kami menemukan turunan yang tajam dengan pemandangan yang begitu indah.

Gradasi warna hijau yang beragam

Banyak tumbuhan sayur mayur yang terlihat dengan aneka ragam warna hijau. Dari hijau muda hingga hijau tua pun ada. Sempat berpapasan dengan seorang nenek, entah apa yang dilakukannya sembari menodongkan gelas ke kami. ternyata nenek itu sedang meminta-minta. Bingung sih, Karena biasanya ditempat pelosok tidak pernah ada minta-minta loh. Karena kan sepi pengunjung untuk ke Air Terjun Tortosari. Tapi entahlah disaat weekend, mungkin Air Terjun Tirtosari selalu ramai oleh pengunjung. 

Tidak ada kata menyesal dengan pemandangan yang menakjubkan ini
Sawah petakan ini membuat pemandangan semakin ciamik
Bukit hijau yang mengelilingi jalan setapak seakan kami sedang berjalan dilereng-lereng bukit dengan pesona indahnya. Sawah yang berpetak pun menghiasi keindahan perbukitan. Guratan tanah yang bergaris oleh tumbuhan hijau seakan melukiskan bagian petakan persawahan. Memang sangat beruntung penduduk disini karena setiap harisnya selalu disajikan pemandangan yang indah dengan udara sejuk.
Mata kami tidak ada kata habisnya dimanjakan oleh hijaunya persawahan dan perbukitan. Sesekali saya selalu mengatakan "Woooww" saking takjubnya dengan pemandangan disini. 

Tak lama matahari bersinar, langit berubah menjadi sangat gelap. Kaki kami pun melangkah begitu cepat karena sudah dipastika akan kehujanan selama perjalanan menuju air tejun tirtosari. yah benar saja rinikan gerimis sudah mulai turun tapi tak lama kemudian gerimis sudah berhenti. 

"Hmmmm...hujannya seperti mau tidak mau" seraya dalam hati

Masih melanjutkan perjalanan kami melintasi bendungan dari aliran sungai tirtosari. Saya dan Avia langsung turun kebawah untuk sekedar mengabadikan bendungan tersebut karena saya tertarik ada batu berdiri tumpuk dengan seimbang.

kalian pasti tidak tahu kalau ini hanya Bendungan air 

Lihat lah batu yang tersusun rapi dengan seimbangnya


Tadaaaaa...Ini dia bendungannya hohoho..

Kami harus melintasi bendungan ini untuk menuju air terjun tirtosari karena perjalanan kami masih sangat jauh. Sempat mas Arif menanyakan kepada kami apakah masih kuat jalan atau tidak. Mungkin mas arif melihat muka kami agak pucat pasi. Yah pucat...akibat kelaparan belum makan siang dan minuman pun tidak bawa. 

"Mau lanjut gak nih?" Tanya mas arif
"Emang berapa jauh lagi sih" Sahut Avia
"Gw sih hayok aja tapi gw lapeeerrrr" Saya pun menjawab dengan muka memelas
"Lanjut aja yuk udah mau sore nih" Novi pun ikut bicara

Akhirnya kami pun melanjutkan perjalanan. Rintikan hujan mulai agak deras dengan cepat kami melangkahkan kaki menuju atas yang masih juga belum terdengar suara air terjun. Sepertinya posisi kami masih sangat jauh. 

Ada beberapa anak tangga yang harus kami lalui sampai akhirnya saya pun seperti mau menyerah karena badan sudah agak gemetar akibat kelaparan. Beberapa warung yang kami temui tutup. pantas saja tutup karena saat kami kesana hari senin yang artinya tidak banyak pengunjung yang akan datang ke air terjun tirtosari. Karena pada dasarnya tempat wisata selalu ramai pengunjung disaat weekend saja. 

Tanpa menyerah sedikit pun ada mas-mas yang melihat muka saya ingin mendobrak pintu warung.

"Mba kenapa? capek yah?" Tanya mas bertopi hitam
"Saya lapeerr maasss, gak ada penjual apa ya" Tanya saya dengan muka agak pucat
"Mba mau sate? saya jualan sate mba diatas. kalau mau saya cepat-cepat naik keatas bikin sate buat mba" Jawab mas bertopi hitam
"wah boleh mas, kalian pada mau gak sate?" Tanya saya kepada teman lainnya
"gw mau dong" jawab avia
"aku juga mau" sahut Novi
"kamu gak mau mas arif?" tanya saya ke mas arif
"nanti saja kalo saya" jawab mas arif sembari tersenyum

Setelah percakapan dengan abang sate, saya seperti hidup kembali. Hahahhaa...Bagaimana tidak. Rasanya bahagia sekali ketemu penjual ditempat entah berantah yang membuat saya merasa begitu kelelahan. Tidak seperti biasanya saya seperti ini.
Dijamin males gerak kalo udah duduk disini
Kabut yang menutupi pegunungan

Pemandangan paket lengkap banget ini
Saking semangatnya rasa lelah pun terlupakan karena diotak saya hanya memikirkan sate. Yaahhh sate yang terus terngiang-ngiang dipikiran saya. Bukan cuma kamu sayang bukan!!! tapi sate yang terus menghantui pikiran saya saat ini. Hahahahaa :p

Semakin menanjak akhirnya kami menemukan warung yang masih buka. 

Alhamdulillaaaaaahhhhh...Bahagia lihat warung yang menjajakan aneka cemilan yang berjuntai di dinding dengan berbagai minuman yang sudah berjajar rapi didepan warung. Dengan sigap saya mengambil minuman mineral yang tidak dingin dengan beberapa snack dengan beringas karena lapar sudah tidak bisa lagi diajak kompromi.

Avia, Novi dan Saya lagi asik makan sate pinggir sawah
Memang saya punya hawa selalu lapar kalau ditempat dingin. Walaupun sudah makan pop mie, chiki 2 bungkus dan coklat tetap saja masih mau makan yang lain. 

Menunggu sate yang belum juga datang membuat saya kesal sendiri. Tak lama kemudian datanglah mas sate bertopi hitam dengan sekantong plastik hitam yag terlihat beberapa tusuk sate terbungkus dengan kertas berwarna coklat.

"Yippiiiieeee sataaaaayyyyy" Teriak saya kegirangan

Makan sate dipinggir persawahan dengan pemandangan beberapa bukita yang telah tertutup kabut dengan semilir anginyang begitu sejuk.

"aaahhhh mewah sekali tempat makan saya kali ini" sahutku dalam hati

Tempat seperti ini memang butuh perjuangan, Setiap pemandangan memiliki ciri khas tersendiri. Makanya saya selalu bilang kalau tempat makan dipinggir sawah itu sudah pasti mewah.

Mas Arif, Avia masih menunggu pesanan makanan
Selesai makan sate kami tidak langsung beranjak ke air terjun tirtosari. Padahal suara gemercik air terjun sudah terdengar jelas dari tempat kami makan sate dipingir sawah. Entah mengapa kita semua mager buat beranjak kesana. Rasanya tidak mau meninggalkan tempat yang begitu indahnya didepan mata.

"hayuk cepat jalan lagi. Sebentar lagi mau hujan loh kalau gak jalan juga" Ajak Mas Arif
"Duuhh mager yah" Sahut saya ke semuanya
"Hahahahaha iya mager!!" Jawab Avia dengan tawa

Tapi apa boleh buat, memang langit semakin gelap kami pun melanjutkan perjalanan yang masih ratusan meter untuk menuju Air terjun Tirtosari.

Air terjun Tirtosari
Benar saja hujan semakin deras, Kami pun berlari sekencang mungkin menuju gubuk yang berada didekat persawahan. Beruntungnya ada tempat berteduh disana. 

Kami masih  menunggu derasnya hujan disertai tangan yang terulur keluar gubuk agar tau seberapa derasnya rintikan hujan. Tak terlalu deras rintikan hujan kala itu, kami pun melanjutkan perjalanan menuju air terjun tirtosari. Saya membawa payung tapi sayangnya tidak terlalu besar, Hanya cukup untuk dua orang saja. Mas Arif, Novi dan Avia terus berlari. tak ada satupun yang mau bareng pakai payung saya. Sudah saja saya berjalan sendiri dengan santainya paling belakang. Sementara mereka terus berlari dengan menggunakan jaket yang menutupi kepalanya.

Air Terjun Tirtosari 
Gemuruh air yang terjatuh dari atas dengan ketinggian 50 meter mulai terdengar jelas. 

"Yeeesss sampai juga di air terjun tirtosari" sahutku gembira 


Saya sempat kecewa melihat air terjunnya karena tidak seperti yang saya bayangkan. Memang akhir-akhir ini saya sudah tidak seperti dulu kalau ke suatu tempat harus googling dan lihat kondisinya. 

Kali ini saya cuma ikut saja tanpa tahu seperti apa tempat tujua wisata saya. But its oke, Setidaknya selama diperjalanan menuju air terjun tirtosari, mata saya terus dimanjakan dengan pemandangan yang luar biasa takjub!!!

Konon katanya, air terjun tirtosari memiliki mitos. Jadi bagi kalian yang membasuh muka di air terjun ini seraya akan menjadi lebih awet muda dan bagi para wania yang mandi tepat dibawah rintikan air terjun maka akan meningkatkan daya tarik. Percaya? terserah aja, semua itu kan kembali ke kepercayaan kalian masing-masing.

Setelah puas menikmati derasnya air terjun tirtosari kami pun pulang dengan memaksakan main hujan-hujanan karena sepertinya hujan tidak akan berhenti dalam waktu dekat. Tidak mungkin kan kami bermalam disini dengan kondisi tidak ada pengunjung lain yang datang.

Terima kasih Avia yang sudah menemani perjalanan saya hari ini

Terima kasih Mas Arif yang sudah bersedia mendengarkan celotehan saya sepanjang di perjalanan dan juga sudah memboncengi saya.

Terima kasih Novi yang sudah mengantarkan Avia dalam perjalanan saya yang tidak mungkin kalau cuma kita bertiga saja.




Telaga Sarangan & Air Terjun Tirtosari
Ngluweng, Ngancar, Plaosan
Kabupaten Magetan. Jawa Timur 63361

Tiket Telaga Sarangan Rp. 7.500/orang
Tiket Air Terjun Tirtosari Rp. 7.000/orang


2 komentar:

Yuk ah komen daripada cuma sebarin Spam

Copyright 2012 Dian Juarsa. Diberdayakan oleh Blogger.